Romantisme Desamu

Ada orang yang suka sekali mengunjungi tempat-tempat wisata terkenal. Plesir. Ke Singapore, Hongkong, Karimun Jawa, Raja Ampat. Tentu butuh uang yang cukup banyak. Tak masalah bagi yang sangunya seminggu bisa untuk sangu saya dua bulan. Asal bisa unggah foto.

Mengunjungi Eropa adalah impian tiap orang. Foto-foto di depan menara Eiffel. Saya pribadi ingin ziarah ke Panthéon, tempat para sastrawan Prancis sedang tidur nyenyak menunggu pertemuan minum teh bersama para sastrawan sedunia. Di Firdaus.

Orang religius ingin berkunjung ke tempat suci agamanya masing-masing. Ke Mekkah, atau Yerusallem. Ambil foto disana, pajang di dinding rumah. Dapat pahala. Dapat gelar pula.

Para petualang ingin menginjakkan kakinya di bumi Afrika. Benua hitam yang indah karena keliarannya. Ya, keindahan biasanya muncul dari hal yang liar. Terbayang bisa foto selfie bersama gadis-gadis Afrika yang putih giginya dan senyumnya lebar, suka tertawa pula, menertawakan cendekia dari negeri-negeri seberang yang sering bermuram durja, mikir mau kerja apa.

Sudahlah, kapan-kapan kita kunjungi semua benua !

Kadang orang bermimpi sangat jauh. Ingin kesana, kesini, kesana sini..

Sering melihat di facebook, atau twitter, atau Instagram, teman-teman yang mengunggah foto ketika mereka sedang di Bali, Lombok, atau Jogja. Banyak juga yang sudah mengunjungi Singapore. Upload foto di Changi, atau Universal. Sering sekali bukan?


Memang  benar, ada kepuasan batin yang sangat besar ketika kita mengambil foto di tempat-tempat wisata yang terkenal. Apalagi ada wajah kita terpampang dan di belakangnya ada pemandangan yang begitu indah. Bukankah itu sangat keren? Bukan sebatas pamer, tapi kita berbagi romantisme yang kita rasakan disana melalui gambar yang kita unggah.

Tapi tak pikir-pikir. Kok jarang ya teman kita yang mengunggah gambarnya ketika sedang di desanya sendiri? Kenapa selalu yang kita lihat adalah foto di tempat itu-itu saja.

Kenapa tidak berpikir untuk berbagi tentang romantisme dari tanah kelahiran kita? Bukankah sekarang sedang jaman anti mainstream?

Nah kalau semua orang upload foto tentang Singapore, Bali, bahkan Paris, bosan juga kan jadinya?

Sebentar lagi bulan puasa. Tentu banyak yang akan pulang kampung. Apalagi waktu menjelang lebaran. Itulah waktu saat kakak, pakde, bulek, ponakan-ponakan, dan teman masa kecil sedang mudik dari perantauannya. Itulah moment paling tepat untuk bercinta dan bernostalgia dengan romantisme dari tanah tempat pertama kali kita berpijak.

Saya rasa ide untuk mengunggah banyak foto ke media sosial tentang tempat-tempat indah di kampung halaman bisa dijadikan alternatif kegiatan ngabuburit selama ramadhan.

Bukankah indah mengunggah gambar ketika kita jalan-jalan bersama ponakan-ponakan, atau teman jaman SD? Foto berenang di sungai kecil dekat rumah kita, barangkali unik juga. Tentunya kalau masih bersih dan sejernih dulu.








Ada hal yang sering kita lupa, bahwa merugi jika kita tidak mengenali apa yang ada di dekat kita, apa yang ada di dalam diri. Sedang setiap hari kita sibuk mengoreksi, atau mengagumi sesuatu yang tempatnya sangat jauh, diluar dari diri kita.

Ada percikan kegagahan White House di rumah dinas Pak Lurahmu.
Ada percikan mistis dari Pyramida Mesir di Kepundan leluhur desamu.
Ada pula percikan keindahan Chocolate Hills Philipine di bukit tempat kita main layangan waktu kecil.

Bukankah rugi jika kita tidak mengenal hal-hal yang sebenarnya dapat dengan mudah kita temukan?

Ya, moment liburan, terutama menjelang 1 Syawal adalah waktu yang paling tepat untuk lebih mengenal, juga memperkenalkan.......Romantisme desamu...


Share:

0 komentar