bagus panuntun

berubah!

Melihat televisi
Acara musik pagi
Hanya hahahihi yang tak ada arti
Keluarga Raffi

Melihat band di tivi
Lirik lagu elegi
Selalu I love you
Selalu I miss you
Selalu I need you...

Lirik hanya formalitas saja
Tak ada lagi esensi
Hanya soal ekonomi
Lirik hanya formalitas saja
Kata-kata smakin basi
Otak kanan tak berisi

Lihat akademisi
Lomba balap skripsi
Apa beda dengan
Ratusan musisi
Yang di televisi...
Kebanyakan orang akan mengunggah gambar makanan ke Instagram atau Path. Saya rasa masuk akal. Yang pertama, secara tampilan, makanan yang diunggah ke instagram atau path, akan terlihat semakin menarik. Yang kedua, saat ini kedua media sosial tersebut memang sedang banyak pengikutnya. Cara yang jitu untuk "pamer". Entah sampai berapa tahun lagi kita hobi pamer begini..

Tapi kali ini, saya tidak akan mengunggah gambar sajian kuliner ini ke akun instagram. Yang pertama bentuk makanan ini tidak menarik. Yang kedua, tujuan utama dari saya berbagi foto tentang suatu masakan adalah untuk berbagi pengalaman ketika menyantap makanan tersebut. Dan saya rasa, instagram tak akan cukup untuk mengungkapkan hal itu dengan baik.

Kali ini, saya ingin bercerita tentang RM. (Rumah Makan) Beong. Dari perspektif bentuk rumah makannya, rumah makan ini sebenarnya lebih pas disebut warung daripada rumah makan. Lah wong, sama Burjo Sami Asih aja masih lebih besar burjo Sami Asih kok. Tapi kalau dibilang dari segi masakan, wah... saya tak akan segan menyebutnya sebagai RMI (Rumah Makan Istimewa). Hehe..

Lalu, apa yang spesial dari RM. Beong?

Adalah menu Ndas Beong di sini yang sungguh nikmatnya tak terkira. Jadi, beong adalah nama salah satu jenis ikan yang habitatnya ada di sungai Progo, Magelang. Saya kurang tau, apakah ikan ini ada di daerah lain atau nggak, tapi yang jelas, ikan beong yang ada di rumah makan ini berasal dari sungai tersebut. Ikan beong ini sekilas bentuknya seperti ikan lele. Sangat mirip malah.





Di RMI Beong Magelang ini, beong akan disajikan dalam masakan mangut. Mangut sendiri adalah masakan berkuah santan dengan campuran rempah pedas. Yang jelas di dalamnya ada campuran cabai rawit merah, cabai rawit hijau, kunir, kunyit, dan lain sebagainya. Rasa dan aroma dari mangut ini sangat khas, pedasnya cabai rawat dan gurihnya santan segar membuat kuah dari kuliner ini begitu menggoda di mulut. Belum lagi sensasi mencari daging di sela-sela tulang ndas beong. Mantep tenan. Daging mbeong sendiri jauh lebih tebal daripada lele, dan konturnya juga nggak mblenyek seperti lele. Jadi ya, joss banget la rasanya.

Setiap santapan nasi dan mangut beong yang masuk ke mulut, rasa pedas nerakanya seolah membawa jiwa kita mengalami pengalaman transendental, seolah kehadiran Tuhan sangat terasa ketika lidah menyentuh kuah pedasnya. Buktinya, saya selalu menangis tersedu-sedu karena jahanam pedasnya. Tapi wenak!

Untuk harganya sendiri, 20 ribu kita sudah mendapatkan 1 porsi nasi plus ndas beong. Oh ya, ndas (kepala) beong ini justru jadi bagian tubuh yang paling mahal harganya lo. Tapi memang nggak salah, rasanya juga memang paling joss.

Yang unik dari RM beong adalah meskipun mereka nggak pernah promo besar-besaran, namun Rumah Makan kecil ini justru sering didatangi oleh orang-orang terkenal di Indonesia. Sebut saja mantan Gubernur Jateng, Bibit Waluyo; artis kondang awal tahun 2000-an, Teuku Zacky; bahkan Ibu Menteri kalau nggak salah menteri perdagangan era SBY, yaitu Siti Fadillah Supari.

Dimana letak RM beong ini? Lokasi dari rumah makan ini nggak jauh dari Candi Borobudur, tepatnya di jalan raya Borobudur-Salaman, Desa Kembang Limus, kecamatan Borobudur. Jadi langsung ja datang kesana, murah dan luar biasa lo...
Dokumentasi














 

foto nemu di google, ini bumbu mangut beong

Saya sudah beberapa kali mengikuti acara, entah seminar, talk show, sosialisasi, atau acara apapun modelnya yang mengambil tema pendidikan. Dalam tiap acara yang saya ikuti, selalu ada sambutan dari panitia yang mana dalam sambutan tersebut selalu ada pernyataan bahwa pendidikan adalah hal yang sangat penting untuk bangsa.
Saking seringnya kalimat ini terlontar dalam acara-acara bertema pendidikan, teman saya bahkan mengatakan ia bosan mendengar kalimat tersebut. Terlalu mainstream, ujarnya.
Kebetulan, 2 Mei kemarin, tepat pada hari Pendidikan Nasional,, saya justru diberi mandat untuk memberikan sambutan di acara yang diselenggarakan oleh LEM FIB, yaitu talk show Ayo Mengajar.
Waduh.. Jangan-jangan saya juga akan berkicau bahwa pendidikan adalah hal yang sangat penting bagi bangsa? Wah, saya ikutan mainstream dong. Tapi gimana lagi, setidaknya ada dua hal yang mendasari saya untuk ikut-ikutan mengatakan hal tersebut. Yang pertama, karena pernyataan tersebut memang benar. Yang kedua, karena saya punya alasan tersendiri untuk mengatakan bahwa pendidikan itu penting.
Mengapa pendidikan itu penting?
Menurut saya, pendidikan sangatlah penting karena pendidikan lah jalan terbaik untuk menambah referensi.
Lho, emang penting ya seseorang punya banyak referensi?
Bayangkan, jika seorang anak sejak kecil hingga umur 25 tahun hanya pernah melihat kambing. Maka pasti ia akan berpikir bahwa hewan yang bisa dimakan adalah kambing, hewan yang bisa dijadikan kendaraan adalah kambing, bahkan hewan yang bisa dipelihara di rumah untuk diajak kelon di kamar pun kemungkinan juga kambing.
Berbeda halnya ketika referensinya bertambah. Ia tahu bahwa ada kambing, tapi ia juga tahu bahwa ada ayam, kuda, serangga, anjing, babi, dan sebagainya. Maka bisa kita pastikan bahwa ia tak akan menggunakan kambing lagi sebagai kendaraannya. Mengapa? Karena ia tahu, bahwa kuda cepat dan nyaman untuk dinaiki. Ia juga tak akan memelihara kambing di dalam rumahnya, melainkan lebih memilih anjing, yang mana lebih mudah untuk dijinakkan, bahkan diajak sahabatan.
Maka, di masalah ini lah kita harus merefleksikan pendidikan di Indonesia. Sudahkah pendidikan di Indonesia memberi banyak referensi bagi kaum terpelajarnya?
Atau ternyata kita masih berputar-putar saja di referensi yang tak jauh dari masalah uang, perut, atau selakangan. Ya, terlebih media yang seharusnya menjadi salah satu sarana paling efektif untuk mendidik bangsa juga tak jauh dari referensi itu-itu saja. Uang, perut, selangkangan. Selangkangan, perut, uang. Perut, selakangan, selakangan.
Jika memang pendidikan disini sudah mampu memberi banyak referensi, mengapa makin banyak orang berebut uang lalu korupsi?
Jika memang sudah banyak referensi, mengapa fanatisme buta makin menyebar disana-sini?
Sudahkah pendidikan mampu membuat kita belajar banyak, selain banyak belajar?
Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda

Arsip Blog

  • ►  2019 (17)
    • ►  Desember (5)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (2)
    • ►  Mei (1)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Februari (4)
    • ►  Januari (3)
  • ►  2018 (26)
    • ►  Desember (1)
    • ►  November (3)
    • ►  Oktober (2)
    • ►  Agustus (3)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Mei (3)
    • ►  April (7)
    • ►  Maret (2)
    • ►  Januari (4)
  • ►  2017 (20)
    • ►  Desember (2)
    • ►  November (3)
    • ►  Oktober (3)
    • ►  Agustus (2)
    • ►  Juli (6)
    • ►  April (2)
    • ►  Maret (2)
  • ►  2016 (36)
    • ►  November (4)
    • ►  September (4)
    • ►  Agustus (11)
    • ►  Mei (4)
    • ►  April (2)
    • ►  Maret (4)
    • ►  Februari (2)
    • ►  Januari (5)
  • ▼  2015 (42)
    • ►  Desember (3)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  September (8)
    • ►  Agustus (2)
    • ►  Juli (3)
    • ►  Juni (8)
    • ▼  Mei (3)
      • Lirik Hanya Formalitas Saja
      • RM Beong
      • Pendidikan, Beri Kami Banyak Referensi
    • ►  April (2)
    • ►  Maret (2)
    • ►  Februari (3)
    • ►  Januari (7)
  • ►  2014 (68)
    • ►  Desember (4)
    • ►  November (4)
    • ►  Oktober (4)
    • ►  September (3)
    • ►  Agustus (10)
    • ►  Juli (7)
    • ►  Juni (3)
    • ►  Mei (10)
    • ►  April (7)
    • ►  Maret (9)
    • ►  Februari (4)
    • ►  Januari (3)
  • ►  2013 (50)
    • ►  Desember (9)
    • ►  November (13)
    • ►  Oktober (15)
    • ►  September (7)
    • ►  Juli (2)
    • ►  Februari (2)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2012 (11)
    • ►  Desember (2)
    • ►  November (3)
    • ►  Oktober (3)
    • ►  September (3)

Copyright © 2016 bagus panuntun. Created by OddThemes & Free Wordpress Themes 2018