Tahu istilah kura-kura? Jika kita
sudah mengalami fase kehidupan menjadi mahasiswa tentu kita tahu istilah ini.
Kura-kura, kuliah rapat kuliah
rapat.
Istilah kura-kura ditujukan pada
mahasiswa yang selain mengisi waktunya untuk belajar materi kuliah, tetapi juga
ikut organisasi.
Organisasi di kampus memang akan
jauh berbeda dengan organisasi di zaman SMA dulu. Kebanyakan organisasi kampus
memiliki lebih banyak kegiatan, lebih banyak tujuan, dan tentu saja lebih
banyak rapat. Hal inilah yang kemudian membuat seorang mahasiswa kura-kura
menjadi sangat sibuk, jarang belajar materi kuliah, dan tidak bisa membagi
waktunya.
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Sebenarnya, bukan fenomena baru
jika banyak mahasiswa kura-kura yang kemudian jadi sulit mengatur waktunya.
Terutama waktu belajar, waktu berkumpul bersama keluarga, atau waktu bermain
bersama teman.
Akan tetapi, hal ini tidak begitu
dipermasalahkan oleh kebanyakan orang. Seseorang yang diharapkan menjadi “agent
of change #prekk” memang harus mau belajar untuk menjadi orang yang bisa
bekerjasama dengan orang lain. Apalagi dalam berorganisasi kita belajar menjadi
makhluk sosial yang bisa mengutamakan kepentingan kelompok diatas kepentingan
pribadi.
Menurut saya, ya sudah, memang
benar tak perlu begitu dipermasalahkan selama menjadi mahasiswa kura-kura sudah
menjadi pilihan pribadi dan sudah siap dengan resiko-resikonya.
------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Namun, ada satu hal yang menurut
saya penting untuk kita renungkan dan perlu kita kritisi dari kebanyakan
mahasiswa kura-kura di Indonesia, yaitu sulitnya diajak janjian dan gampangnya
mengumbar kata “Insyaallah”.
Ambil contoh adalah ketika saya
mengajak teman-teman saya untuk ngecamp di Pantai,dan banyak yang menjawab
“Insyaallah ya kalau tanggal segitu nggak ada acara”.
Mungkin lebih jelasnya adalah
ketika saya mengajak teman saya untuk makan bersama, “Bro, besok makan bareng
yuk habis kuliah”. Kemudian dia menjawab “Ya, Insyaallah kalau habis kuliah
nggak ada acara”.
Nah?? Bukannya ngecamp, makan
bareng, jalan-jalan juga acara?
Maksudnya, jangan sampai kegiatan
sehari-hari membuat kita jadi orang yang paranoid dalam mengambil keputusan.
Apalagi beberapa hal seperti ngecamp, band-bandan, pacaran, atau jalan-jalan
sebenarnya juga hal yang sangat penting, karena dari hal-hal itulah kita bisa
merasakan kebersamaan yang tidak dibalut kepentingan apapun.
Sebenarnya dulu sayapun sering
ragu mengambil keputusan karena takut ada rapat atau kegiatan lain yang
penting, saya jadi takut bikin janji. Sampai saya mempelajari watak dari salah
satu tokoh wayang, yaitu Bratasena.
Bratasena ini, dia kalau sudah
ada janji dengan seseorang, maka dia tak akan mengingkarinya dengan cara
membuat janji yang lain. Jika ia sudah janji akan menemani Arjuna berburu
kijang, maka ia tak akan menerima undangan lain apapun itu. Bahkan jika Sri
Kreshna mengundangnya makan malam gratis daging kijang kencana di kahyangan
langit ketujuh pun, ia akan menolaknya.
Belajarlah dari Bratasena. Tokoh
pewayangan ini tak hanya kuat dalam bertarung, tetapi juga kuat dalam
mempertahankan pola pikirnya. Insyaallah yang berarti “Ya, Jika Allah
menghendaki” sebenarnya adalah kalimat yang sangat filosofis, yang sayangnya di
lingkungan kita justru hanya dimaknai sebagai pelega atau pantes-pantes semata.
Maka, alangkah baiknya jika kita mendekonstruksi makna tersebut dengan makna
versi Bratasena, “Ya, saya bisa dan pasti datang jika Tuhan kehendaki. Dan saya
tak akan menerima tawaran lain di waktu yang sama apapun tawaran itu”.
------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Kenapa Bratasena tak pernah
menyesali janji-janji yang ia tepati sedangkan sebenarnya ada tawaran lain yang
selalu jauh lebih menggiurkan?
Bro, selain bisa mikir, Bratasena
juga punya cara berpikir.
Kalau kita cuma mikir, tentu kita akan menyesal mendapat tawaran yang lebih menggiurkan setelah menerima tawaran sebelumya. Tapi beda dengan orang yang punya cara berpikir. Ia akan siap menerima apapun resiko dari keputusan yang sebelumnya telah ia buat. Maka dari itulah Bratasena selalu tegas "Iya ya iya, ora ya ora !".
Orang yang hanya mampu berpikir akan menilai untung
rugi dari apa yang bisa ia dapatkan, tapi orang yang punya cara
berpikir akan menilai untung rugi dari apa yang bisa ia berikan.
------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Tulisan ini adalah perenungan pribadi saya dari pengalaman pribadi dan kejadian-kejadian di lingkungan sekitar. Merupakan kritik untuk diri pribadi sekaligus kritik terhadap semua hal yang menurut saya subaik.
Semoga dengan cara berpikir Bratasena kita bisa menjadi kura-kura yang berjalan dengan cepat.
Kura-kura berjalan dengan cepat?
Ya. Paling tidak versi kura-kura. Kura-kura yang berani mencari makan dalam keadaan apapun akan jauh lebih jauh berada di depan dibanding kura-kura yang mau berjalan hanya ketika sedang ada makanan di depannya.