bagus panuntun

berubah!

Tahu istilah kura-kura? Jika kita sudah mengalami fase kehidupan menjadi mahasiswa tentu kita tahu istilah ini.

Kura-kura, kuliah rapat kuliah rapat.

Istilah kura-kura ditujukan pada mahasiswa yang selain mengisi waktunya untuk belajar materi kuliah, tetapi juga ikut organisasi.

Organisasi di kampus memang akan jauh berbeda dengan organisasi di zaman SMA dulu. Kebanyakan organisasi kampus memiliki lebih banyak kegiatan, lebih banyak tujuan, dan tentu saja lebih banyak rapat. Hal inilah yang kemudian membuat seorang mahasiswa kura-kura menjadi sangat sibuk, jarang belajar materi kuliah, dan tidak bisa membagi waktunya.
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Sebenarnya, bukan fenomena baru jika banyak mahasiswa kura-kura yang kemudian jadi sulit mengatur waktunya. Terutama waktu belajar, waktu berkumpul bersama keluarga, atau waktu bermain bersama teman.

Akan tetapi, hal ini tidak begitu dipermasalahkan oleh kebanyakan orang. Seseorang yang diharapkan menjadi “agent of change #prekk” memang harus mau belajar untuk menjadi orang yang bisa bekerjasama dengan orang lain. Apalagi dalam berorganisasi kita belajar menjadi makhluk sosial yang bisa mengutamakan kepentingan kelompok diatas kepentingan pribadi.

Menurut saya, ya sudah, memang benar tak perlu begitu dipermasalahkan selama menjadi mahasiswa kura-kura sudah menjadi pilihan pribadi dan sudah siap dengan resiko-resikonya.
------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Namun, ada satu hal yang menurut saya penting untuk kita renungkan dan perlu kita kritisi dari kebanyakan mahasiswa kura-kura di Indonesia, yaitu sulitnya diajak janjian dan gampangnya mengumbar kata “Insyaallah”.

Ambil contoh adalah ketika saya mengajak teman-teman saya untuk ngecamp di Pantai,dan banyak yang menjawab “Insyaallah ya kalau tanggal segitu nggak ada acara”.

Mungkin lebih jelasnya adalah ketika saya mengajak teman saya untuk makan bersama, “Bro, besok makan bareng yuk habis kuliah”. Kemudian dia menjawab “Ya, Insyaallah kalau habis kuliah nggak ada acara”.

Nah?? Bukannya ngecamp, makan bareng, jalan-jalan juga acara?

Maksudnya, jangan sampai kegiatan sehari-hari membuat kita jadi orang yang paranoid dalam mengambil keputusan. Apalagi beberapa hal seperti ngecamp, band-bandan, pacaran, atau jalan-jalan sebenarnya juga hal yang sangat penting, karena dari hal-hal itulah kita bisa merasakan kebersamaan yang tidak dibalut kepentingan apapun.

Sebenarnya dulu sayapun sering ragu mengambil keputusan karena takut ada rapat atau kegiatan lain yang penting, saya jadi takut bikin janji. Sampai saya mempelajari watak dari salah satu tokoh wayang, yaitu Bratasena.

Bratasena ini, dia kalau sudah ada janji dengan seseorang, maka dia tak akan mengingkarinya dengan cara membuat janji yang lain. Jika ia sudah janji akan menemani Arjuna berburu kijang, maka ia tak akan menerima undangan lain apapun itu. Bahkan jika Sri Kreshna mengundangnya makan malam gratis daging kijang kencana di kahyangan langit ketujuh pun, ia akan menolaknya.

Belajarlah dari Bratasena. Tokoh pewayangan ini tak hanya kuat dalam bertarung, tetapi juga kuat dalam mempertahankan pola pikirnya. Insyaallah yang berarti “Ya, Jika Allah menghendaki” sebenarnya adalah kalimat yang sangat filosofis, yang sayangnya di lingkungan kita justru hanya dimaknai sebagai pelega atau pantes-pantes semata. Maka, alangkah baiknya jika kita mendekonstruksi makna tersebut dengan makna versi Bratasena, “Ya, saya bisa dan pasti datang jika Tuhan kehendaki. Dan saya tak akan menerima tawaran lain di waktu yang sama apapun tawaran itu”.
------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Kenapa Bratasena tak pernah menyesali janji-janji yang ia tepati sedangkan sebenarnya ada tawaran lain yang selalu jauh lebih menggiurkan?

Bro, selain bisa mikir, Bratasena juga punya cara berpikir.

Kalau kita cuma mikir, tentu kita akan menyesal mendapat tawaran yang lebih menggiurkan setelah menerima tawaran sebelumya. Tapi beda dengan orang yang punya cara berpikir. Ia akan siap menerima apapun resiko dari keputusan yang sebelumnya telah ia buat. Maka dari itulah Bratasena selalu tegas "Iya ya iya, ora ya ora !".



Orang yang hanya mampu berpikir akan menilai untung rugi dari apa yang bisa ia dapatkan, tapi orang yang punya cara berpikir akan menilai untung rugi dari apa yang bisa ia berikan. 
------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Tulisan ini adalah perenungan pribadi saya dari pengalaman pribadi dan kejadian-kejadian di lingkungan sekitar. Merupakan kritik untuk diri pribadi sekaligus kritik terhadap semua hal yang menurut saya subaik.

Semoga dengan cara berpikir Bratasena kita bisa menjadi kura-kura yang berjalan dengan cepat.

Kura-kura berjalan dengan cepat?

Ya. Paling tidak versi kura-kura. Kura-kura yang berani mencari makan dalam keadaan apapun akan jauh lebih jauh berada di depan dibanding kura-kura yang mau berjalan hanya ketika sedang ada makanan di depannya.
Dalam rangka survey untuk acara camping FIBER, kemarin saya dan 3 teman saya pergi ke Pantai Greweng Gunung Kidul. Ini sedikit fotonya sudah saya upload. Untuk tulisan yang memuat 5W 1H, akan saya tuliskan setelah camping FIBER tanggal 7 dan 8 Juni. Terimakasih...












Aku sangat bahagia. Hari ini bisa makan siang dengan menu favorit kita, nasi hangat, daun singkong rebus, sambal terasi tomat dan ayam goreng. Ini menu istimewa di hari yang sangat istimewa. Makan yang banyak pah..


Tadi di depanmu aku hanya berdoa semoga kau panjang umur, tidak jatuh sakit lagi seperti bulan lalu. Sudah sangat banyak hal yang kau ajarkan padaku di usiamu yang telah menginjak kepala enam, terutama keberanian untuk berkata jujur apapun resikonya. Semoga kelak aku bisa sepertimu, lelaki yang dipuji istrinya sebagai manusia yang tak pernah berkata bohong sekalipun. Selamat ulang tahun pah.. :)
Ingat bahwa...kebahagiaan orang miskin terletak pada orang kaya yang suka berbagi #panuntun

Captured by @LukmanJRD

Captured by @aribagoez
Terimakasih Mas Adwi yang telah jadi model untuk tulisan ini, :)
Kadang saya emosi kalau mendengar teman saya bilang “Saya nggak suka lagu-lagu Indonesia, playlist saya isinya lagu-lagu Barat sama Korea semua”. Apalagi ketika ada yang bilang kalau dangdut, campursari adalah lagu-lagu pinggiran, lagunya orang desa. Aduh, payah ! Bagaimana bisa musik yang asli dicompose oleh orang Indonesia, produk asli negeri ini, diakatakan musik ndeso sama anak-anak mudanya?

Saya rasa ini adalah salah satu akar masalah kenapa bangsa kita semakin menjadi bangsa yang krisis identitas. Kita malas mempelajari budaya kita sendiri.
------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Banyak yang bilang jika seni itu tidak bisa dipaksakan, kalau dia suka K-pop, mau dipaksa dengar musik campursari ya nggak bisa., wong musik itu selera masing-masing, suka K-Pop bukan berarti tidak punya rasa nasionalisme.

Oke bung ! Saya setuju kok dengan pendapat anda tentang hal itu. Selera musik tidak bisa dipaksakan.

Tapi kita juga perlu introspeksi diri, kita perlu bertanya, kalau anak-anak muda sudah tidak mau tahu tentang budaya negeri sendiri,lantas siapa yang melestarikannya? Kalau sudah bicara tentang masalah bangsa, sangat individualis ketika kita hanya bicara tentang selera.

Selera itu hak pribadi, tapi menjaga apa yang ada disini (seharusnya) adalah kewajiban.

Ketika hanya bicara tentang selera, saya lebih sering nyetel lagunya All Time Low dan Greenday daripada lagu-lagunya Didi Kempot, Waljinah atau Rhoma Irama. Nah musik favorit saya itu punk kok.

Tapi kalau bicara tentang kewajiban sebagai orang Indonesia, saya benar-benar tidak ikhlas kalau sampai orang Indonesia tak tahu lagi apa itu campursari, keroncong, atau dangdut. Apalagi kalau pemudanya bilang, musik itu adalah musik kuno, musik ndeso, musiknya orang tua. Sedih saya.

Nah kita ini sering aneh. Tidak tahu sama sekali terhadap apa yang kita miliki, tapi paham betul terhadap apa yang bukan milik kita.

Saya tak mau dijajah ataupun terjajah.

Kalau saya suka musik Punk, Jazz, atau Folk Prancis, saya harus tahu seperti apa dangdut, keroncong, campursari.

Karena band favorit saya All Time Low dan Greenday, saya harus tahu SID, Rocket Rockers, Endank Soekamti.

Kalau saya selalu membaca tulisan Voltaire atau Sartre, saya harus membaca tulisan-tulisan Pramoedya Ananta Toer, Sindhunata, atau Tan Malaka.

Mindset yang terus saya tanamkan, kalau saya tahu apa yang berasal dari bangsa lain, maka saya juga harus tahu apa yang asli dari bangsa ini. Harus mau cari tahu !

Ingat bung, bangsa ini sedang butuh orang yang peduli !

Sebagai sempalan yang terlahir di bumi nusantara, Sudahkah bisa memahami antara selera dan kewajiban?


Bangsa ini tak butuh manusia IPK empat, lulus cepat. Bangsa ini butuh manusia yang peduli.
Gunungkidul, bagaimanapun tempat ini adalah salah satu tempat terindah yang pernah saya kunjungi. Bahkan salah satu tempat yang paling saya sukai.

Tak habis-habis keinginan saya untuk menjelajahi Gunungkidul. Bagaimana tidak? Tempat yang katanya sangat panas, kering kerontang, sulit cari air, namun disinilah dengan mudah akan kita temukan berbagai potensi sumber kebahagiaan. Gunungkidul kaya akan budaya, salah satu yang paling mengagumkan bagi saya adalah campursari. Gunungkidul punya sungai-sungai dan air terjun yang masih sangat asri, seperti Air Terjun Sri Gethuk, Gunungkidul punya pantai-pantai yang jumlahnya ratusan, dan masing-masing memiliki keunikan tersendiri.

Kali ini adalah kesekian kalinya saya mengunjungi Gunungkidul sejak satu setengah tahun tinggal di Jogja. Mungkin ini kunjungan yang ke 10, 12, 15, atau berapalah. Saya sering sekali menjelajah Gunungkidul pokoknya. Plesiran kali ini saya hanya berdua bersama Riris. Tujuan kami adalah menemukan “Virgin Beach” (Ati-ati le moco).

Bukan pertama kalinya kami menjelajah mencari pantai tanpa tahu dimana lokasi pantai itu. Dulu, kami pernah menemukan Pantai Ngetun. Kali ini, kami berhasil menemukan Pantai Nglambor.

Pantai Nglambor terletak di antara Pantai Jogan dan Pantai Siung. Pantai ini kami temukan setelah sebelumnya kami mengunjungi Pantai Jogan. Pantai Jogan adalah pantai yang ada air terjunnya itu. Dan sebenarnya lebih pantas disebut tebing pinggir laut.

Air terjun di Jogan. Airnya cuma utur-utur.


Nah air terjun tadi jatuhnya ke laut ini.

Setelah 10 menit di Jogan dan hanya mengambil beberapa foto, kami memutuskan untuk cari pantai lain yang benar-benar perawan.

Saya pun tanya pada Pak Tukang Parkir, “Pak, pantai di dekat sini apa aja ya pak?” , Pak parkir menjawab “di dekat sini ada Siung dek”. “Wah, saya sudah pernah ke Siung pak. Kalau yang lain ada nggak pak? Yang belum terkenal gitu”. Dan puji syukur Pak parkir memberi kami petunjuk yang membawa kami bisa menuju ke pantai yang luar biasa cantik itu. “Ada sih dek, di dekat sini ada Nglambor. Cuma,  jalannya masih batu-batu. Arahnya, silahkan dari pertigaan yang mau ke Pantai Jogan ikuti saja arah ke Pantai Siung, nah nanti tinggal beberapa ratus meter ada pertigaan belok kanan. Nah, nanti belok kanan dan tinggal lurus. Tapi jalannya susah lo dek.”

“Oke pak, siap!”.

Saya dan Riris pun mengikuti petunjuk Pak Parkir tadi. Dan ternyata benar kalau akses kesana masih sangat sulit. Jalannya bebatuan dan naik turun sehingga motor matic kami harus bersusah payah untuk melaluinya. Tapi di kanan kiri kita jalan terhampar bukit-bukit hijau dan bebatuan kapur besar yang sangat unik lo. Banyak pepohonan khas gunung kidul juga. Kalau saya bayanginnya seperti sedang di negeri China. (kok iso???) :D

Ini pemandangan selama perjalanan ke Pantai Nglambor.






Salah satu batu besar yang bentuknya unik


Pantai Nglambor letaknya di bawah bukit, dan di dekat situ ada 1 rumah dari penduduk lokal. Benar-benar hanya ada 1 rumah. Rumah itu sederhana, dari kayu, dan di sampingnya ada kebun singkong dan kandang ternak. Epic sekali, seperti sedang berada di pulau terpencil.
Itu rumah yang saya maksud. Ternyata yang tinggal disitu adalah sepasang kakek nenek. :)


Pantai Nglambor dari bukit diatasnya
Nglambor adalah pantai dengan pasir putih agak krem. Pasir ini berasal dari pecahan kerang, sehingga tidak begitu halus.

Nah kalo airnya ! Air di pantai Nglambor ini sangat jernih. Apalagi kalau dibandingkan dengan pantai-pantai lain di Gunungkidul. Ditambah ombak di pantai ini juga tidak terlalu besar, dan pantainya landai. Hal ini juga yang membuat saya ingin sekali ciblon, menyeburkan diri ke pantai. Yeah ! :D ,

Akhirnya benar. Saya jadi ciblon. Sementara saya berenang di Pantai, Riris pegang kamera untuk ambil foto saya.hehe, sayang sekali dia nggak bawa baju ganti. Saran saya sih kalau mau ke pantai ini, pokoknya harus bawa baju ganti. Jangan seperti Riris :D. Saya sendiri kemarin nggak bawa baju, tapi tak apalah, rela basah-basahan dan resiko masuk angin selama dapat kesempatan berenang di pantai yang airnya jernih. :) 


Bercerita saat saya sedang di air, bermesra dengan alam dan air laut, saya terkejut ketika mulai berenang dan bermain-main bersama ombak ! Ternyata di bawah saya banyak terumbu karang dan ikan-ikan kecil yang warna-warni, ada ikan kecil-kecil berwarna biru terang, ada yang warnanya hitam putih garis-garis. Keren sekali bro ! Wah, ini Gunungkidul rasa Lombok ! :D










Memang menyenangkan disini. Saya jadi pingin gila.



Kalau kita bertanya pada mereka yang baru saja lulus SMA, apa impian kalian? Jawabannya adalah menjadi orang sukses.

Ada yang cita-citanya jadi pengusaha. Pengusaha yang sukses.

Ada yang ingin jadi akuntan. Akuntan yang sukses.

Atau mereka yang ingin jadi musisi. Musisi yang sukses.

Menggelikan ketika melihat para pengejar mimpi belum memaknai kata sukses.

Apakah semua pengusaha yang omsetnya 100 juta perbulan itu pasti sukses?
Apakah musisi yang albumya banyak dan laku keras pasti sukses?

Darimana takaran sukses itu sendiri? Apakah benar ketika hampir semua orang menganggapmu sukses, maka kau pasti sukses?
------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Saya punya penghayatan sendiri terhadap kesuksesan. Kesuksesan tidak bisa dinilai dengan angka.

Seorang petani ingin panen besar dalam waktu setengah tahun, dalam prosesnya pun ia tak melakukan hal-hal curang, ia berangkat dari rumah ke sawah sejak pagi, pulang kerumah saat hari menjelang malam.kemudian dengan usaha kerasnya dalam jangka waktu itu, ia berhasil panen besar. 

Maka ia sukses.

Meskipun bagi para konglomerat, atau muda-mudi keturunannya, apa yang sudah dikerjakan Pak Tani selama setengah tahun hasilnya sama dengan usaha mereka selama setengah hari, ya tidak masalah.Pak Tani itu bagi saya adalah orang yang sukses.

Saya justru tidak sudi jika harus mengatakan semua caleg yang lolos ke Senayan itu sukses.
Ada caleg yang berhasil lolos ke senayan, tapi selama kampanye ia memakai politik uang, bahkan memakai-makai nama agama untuk memperoleh kemenangan. Apa dia sukses? Bagi saya tidak.

Karena bagi saya sukses adalah :
1. Tidak merugikan orang lain dalam berproses.
2. Memiliki hasil yang berguna untuk orang lain.
3. Apa yang kita inginkan tercapai

Ya begitu menurut saya. Intinya, dalam kesuksesan tak ada kemunafikan.

Jika kau berjuang di kampus perjuangan
Berjuanglah demi bangsamu
Bukan demi golonganmu

Jika kau berorasi di kampus kerakyatan
Berorasilah demi seluruh rakyat Indonesia
Bukan demi golonganmu

Jika kau berideologi di kampus pancasila
Beridiologilah demi memperkokoh jiwa pancasila
Bukan demi ideologi golonganmu

Golonganmu
Golongan terkutuk



----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Puisi ini saya tuliskan di akun facebook saya, yang kemudian dilanjutkan oleh Bima Yhudistira :

Golongan terkutuk yg selalu ada


Gila kuasa

Ingin menang walau dengan cara kotor

dan menjual agama demi suara
Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda

Arsip Blog

  • ►  2019 (17)
    • ►  Desember (5)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (2)
    • ►  Mei (1)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Februari (4)
    • ►  Januari (3)
  • ►  2018 (26)
    • ►  Desember (1)
    • ►  November (3)
    • ►  Oktober (2)
    • ►  Agustus (3)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Mei (3)
    • ►  April (7)
    • ►  Maret (2)
    • ►  Januari (4)
  • ►  2017 (20)
    • ►  Desember (2)
    • ►  November (3)
    • ►  Oktober (3)
    • ►  Agustus (2)
    • ►  Juli (6)
    • ►  April (2)
    • ►  Maret (2)
  • ►  2016 (36)
    • ►  November (4)
    • ►  September (4)
    • ►  Agustus (11)
    • ►  Mei (4)
    • ►  April (2)
    • ►  Maret (4)
    • ►  Februari (2)
    • ►  Januari (5)
  • ►  2015 (42)
    • ►  Desember (3)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  September (8)
    • ►  Agustus (2)
    • ►  Juli (3)
    • ►  Juni (8)
    • ►  Mei (3)
    • ►  April (2)
    • ►  Maret (2)
    • ►  Februari (3)
    • ►  Januari (7)
  • ▼  2014 (68)
    • ►  Desember (4)
    • ►  November (4)
    • ►  Oktober (4)
    • ►  September (3)
    • ►  Agustus (10)
    • ►  Juli (7)
    • ►  Juni (3)
    • ▼  Mei (10)
      • Kura-kura Pincang
      • Sinopsis : Pantai Greweng
      • Ce Dimanche
      • Jikalau Sudah Kaya pun...
      • Fungsi Biting
      • Selera dan Kewajiban
      • Sudah Itu Saja
      • Pantai Nglambor, Gunungkidul Rasa Lombok
      • Suksesku, suksesmu, suksesku, suksesku...
      • Kepada Suatu Golongan
    • ►  April (7)
    • ►  Maret (9)
    • ►  Februari (4)
    • ►  Januari (3)
  • ►  2013 (50)
    • ►  Desember (9)
    • ►  November (13)
    • ►  Oktober (15)
    • ►  September (7)
    • ►  Juli (2)
    • ►  Februari (2)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2012 (11)
    • ►  Desember (2)
    • ►  November (3)
    • ►  Oktober (3)
    • ►  September (3)

Copyright © 2016 bagus panuntun. Created by OddThemes & Free Wordpress Themes 2018