Selera dan Kewajiban
Kadang saya emosi kalau mendengar
teman saya bilang “Saya nggak suka lagu-lagu Indonesia, playlist saya isinya
lagu-lagu Barat sama Korea semua”. Apalagi ketika ada yang bilang kalau
dangdut, campursari adalah lagu-lagu pinggiran, lagunya orang desa. Aduh, payah
! Bagaimana bisa musik yang asli dicompose oleh orang Indonesia, produk asli
negeri ini, diakatakan musik ndeso sama anak-anak mudanya?
Saya rasa ini adalah salah satu
akar masalah kenapa bangsa kita semakin menjadi bangsa yang krisis identitas.
Kita malas mempelajari budaya kita sendiri.
------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Banyak yang bilang jika seni itu
tidak bisa dipaksakan, kalau dia suka K-pop, mau dipaksa dengar musik
campursari ya nggak bisa., wong musik itu selera masing-masing, suka K-Pop
bukan berarti tidak punya rasa nasionalisme.
Oke bung ! Saya setuju kok dengan
pendapat anda tentang hal itu. Selera musik tidak bisa dipaksakan.
Tapi kita juga perlu introspeksi
diri, kita perlu bertanya, kalau anak-anak muda sudah tidak mau tahu tentang budaya
negeri sendiri,lantas siapa yang melestarikannya? Kalau sudah bicara tentang
masalah bangsa, sangat individualis ketika kita hanya bicara tentang selera.
Selera itu hak pribadi, tapi
menjaga apa yang ada disini (seharusnya) adalah kewajiban.
Ketika hanya bicara tentang
selera, saya lebih sering nyetel lagunya All Time Low dan Greenday daripada
lagu-lagunya Didi Kempot, Waljinah atau Rhoma Irama. Nah musik favorit saya itu
punk kok.
Tapi kalau bicara tentang
kewajiban sebagai orang Indonesia, saya benar-benar tidak ikhlas kalau sampai
orang Indonesia tak tahu lagi apa itu campursari, keroncong, atau dangdut.
Apalagi kalau pemudanya bilang, musik itu adalah musik kuno, musik ndeso,
musiknya orang tua. Sedih saya.
Nah
kita ini sering aneh. Tidak tahu sama sekali terhadap apa yang kita miliki,
tapi paham betul terhadap apa yang bukan milik kita.
Saya tak mau dijajah ataupun
terjajah.
Kalau saya suka musik Punk, Jazz,
atau Folk Prancis, saya harus tahu seperti apa dangdut, keroncong, campursari.
Karena band favorit saya All Time
Low dan Greenday, saya harus tahu SID, Rocket Rockers, Endank Soekamti.
Kalau saya selalu membaca tulisan
Voltaire atau Sartre, saya harus membaca tulisan-tulisan Pramoedya Ananta Toer,
Sindhunata, atau Tan Malaka.
Mindset
yang terus saya tanamkan, kalau saya tahu apa yang berasal dari bangsa lain,
maka saya juga harus tahu apa yang asli dari bangsa ini. Harus mau cari tahu !
Ingat bung, bangsa ini sedang
butuh orang yang peduli !
Sebagai sempalan yang terlahir di bumi nusantara, Sudahkah bisa memahami antara selera dan kewajiban?
0 komentar