Suksesku, suksesmu, suksesku, suksesku...

Kalau kita bertanya pada mereka yang baru saja lulus SMA, apa impian kalian? Jawabannya adalah menjadi orang sukses.

Ada yang cita-citanya jadi pengusaha. Pengusaha yang sukses.

Ada yang ingin jadi akuntan. Akuntan yang sukses.

Atau mereka yang ingin jadi musisi. Musisi yang sukses.

Menggelikan ketika melihat para pengejar mimpi belum memaknai kata sukses.

Apakah semua pengusaha yang omsetnya 100 juta perbulan itu pasti sukses?
Apakah musisi yang albumya banyak dan laku keras pasti sukses?

Darimana takaran sukses itu sendiri? Apakah benar ketika hampir semua orang menganggapmu sukses, maka kau pasti sukses?
------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Saya punya penghayatan sendiri terhadap kesuksesan. Kesuksesan tidak bisa dinilai dengan angka.

Seorang petani ingin panen besar dalam waktu setengah tahun, dalam prosesnya pun ia tak melakukan hal-hal curang, ia berangkat dari rumah ke sawah sejak pagi, pulang kerumah saat hari menjelang malam.kemudian dengan usaha kerasnya dalam jangka waktu itu, ia berhasil panen besar. 

Maka ia sukses.

Meskipun bagi para konglomerat, atau muda-mudi keturunannya, apa yang sudah dikerjakan Pak Tani selama setengah tahun hasilnya sama dengan usaha mereka selama setengah hari, ya tidak masalah.Pak Tani itu bagi saya adalah orang yang sukses.

Saya justru tidak sudi jika harus mengatakan semua caleg yang lolos ke Senayan itu sukses.
Ada caleg yang berhasil lolos ke senayan, tapi selama kampanye ia memakai politik uang, bahkan memakai-makai nama agama untuk memperoleh kemenangan. Apa dia sukses? Bagi saya tidak.

Karena bagi saya sukses adalah :
1. Tidak merugikan orang lain dalam berproses.
2. Memiliki hasil yang berguna untuk orang lain.
3. Apa yang kita inginkan tercapai

Ya begitu menurut saya. Intinya, dalam kesuksesan tak ada kemunafikan.

Share:

1 komentar