Pintar Berbahagia

Rabu lalu, tanggal 16 Juli, saya dan Lukman mengunjungi Jakarta, mampir ke ibukota. Keberangkatan saya pun sebenarnya sangat mendadak. Minggu sore Lukman sms “Gus, ngesok sore kancani ngurus visa nang Jakarta yo?” . 

“Sikak, ngesok sore? Nyong nyambut gawe cuk. Nek Rabu piye?”.

“Ya wis, oke Rabu, tak pesenke tiket yo!”.

Akhirnya saya sepakat untuk berangkat ke Jakarta hari Rabu, kami pakai kereta Bengawan. Murah lo, harga tiketnya 50.000 rupiah, keretanya pun nyaman kok, sudah nggak ada empet-empetan seperti jaman dulu. Pokoknya pasti dapat tempat duduk. Hanya saja, mbuh siapa terdakwanya, mulai dari Purwokerto bablas ke Jakarta, keretanya jadi pesing mbanget.

Jika bawa masker kau tak ingat,
Jika bau pesing terus menyengat,
Hanya ada satu kata, LAWAN !


Tujuan utama kami ke Jakarta adalah ngurus visanya Lukman, karena bulan Agustus dia akan exchange di Thammasat University, Thailand. Sedangkan saya punya tujuan lain, eh sebenarnya ini dadakan juga, baru kepikiran setelah diajak ke Jakarta, saya mau mengantarkan proposal acara C’est La FĂȘte ke PT. Danone dan Kedubes Prancis.

Oke, bisa dikatakan perjalanan di kereta api sangat menyenangkan, terutama dari Solo sampai Purwokerto. Pemandangan hamparan sawah di waktu senja selalu mengingatkanku akan Maha Puitisnya Sang Hyang Wenang.






Apalagi di depan kami ada mbak-mbak orang Purwokerto yang orangnya ramah sekali. Wis ayu, ramah, sayang keluarga meneh, nelfoni bapake karo bojone nggo ngucapke selamat berbuka puasa dab ! Subhanallah..


Hidden Camera. Kelakuane Lukman
Ada yang pernah baca bukunya Cak Nun yang judulnya Gerakan Punakawan atawa Arus Bawah ? Dalam buku tersebut, Cak Nun berujar :

"Kalau kebahagiaan objektif susah didapatkan, amat sempit peluangnya atau amat terlalu mahal harganya, ya dicobalah merakit kebahagiaan yang subjektif. Yaitu model kebahagiaan yang setengah dipaksakan untuk menjadi kebahagiaan. Kebahagiaan yang seolah-olah memang sungguh-sungguh kebahagiaan. Atau keadaan batin yang dibahagia-bahagiakan."

Quote dan penghayatan hidup dari Cak Nun ini selalu saya ingat setiap harinya. Iya, saya setuju bahwa kebahagiaan itu bisa muncul dari pikiran yang liar. Kita harus mikir bahwa dalam berbahagia kita juga bisa anti mainstream. Temukan kebahagiaanmu sendiri agar setiap harinya kita bisa menemukan species-species baru dari cara berbahagia


Bagi saya, naik kereta itu membahagiakan, saling bercerita dengan kenalan baru di kereta juga membahagiakan, apalagi bisa mengambil foto-foto yang bagus padahal kita sedang di dalam kendaraan. Bahagia itu sederhana kok..


Selama perjalanan di kereta api ini, saya masih jadi orang yang pintar berbahagia.

Akan tetapi begitu sampai di Jakarta, kira-kira jam 1 pagi, AMSYONG !!! Kejem Dab !

#bersambung . Turu sek..

Share:

0 komentar