Njoget

Tadi malam saya baru saja nonton acara GMTF (Gadjah Mada Tourism Fair) di Gedung PKKH UGM. Niat awalnya pingin nonton Saprin nyanyi bareng Sastromoeni, selain itu sebenarnya pingin dapat banyak info tentang tour and travel gitu. Jadilah saya berangkat ke GMTF semalam sama Ongri.

Satu hal yang paling berkesan setelah nonton acara ini adalah: Akhirnya saya bisa lihat disko yang sebenarnya. :D

Sebelumnya saya pernah bilang ke Riris, kalau adegan-adegan di film tentang diskotik, clubbing, dsb itu kayaknya terlalu dilebaykan. Saya nggak percaya ada orang njoget-njoget, cewek cowok yang belum tentu saling kenal berkumpul menjadi satu, ngangkat tangan sambil menghentak-hentakkan badan, dan didepannya ada lelaki tampan dengan alat DJ-nya. Dengan gaya gaul dan kerennya, ia memutar piringan hitam untuk memainkan puluhan lagu tanpa berhenti.

Selain itu, ada juga lampu disko yang setiap detik kelap-kelip berganti warna. Ijo ke biru lalu ke merah, ke putih, lalu ijo lagi, lalu biru, biru, biru, biru, biru, biru, biru, diam sejenak masih biru, lalu gelap hingga beberapa detik lalu duarrrrrrrrr.. Ganti lagu, dan semua penonton berteriak karena suka dengan lagu yang dimainkan DJ.

Bro... Saya dulu nggak percaya yang begituan ada di Indonesia. Saya kira yang seperti itu hanya ada di luar negeri, lalu film-film Indonesia hanya menirunya. Mengambil adegan tersebut untuk memperkuat karakter nakal atau hedonis pada seorang tokoh.

Dan setelah nonton Tourism Fair, ternyata hal tersebut benar-benar ada. :D


Pokoke tenanan, orang-orang njoget dengan caranya masing-masing. Persis seperti kalau kita nonton ndangdutan. Hanya saja kali ini musiknya disko, dan settingnya diperkuat dengan lampu kelap-kelip, pat pet. :D

Saya sendiri, awalnya hanya nonton dari belakang sambil lesehan, persis seperti orang nonton layar tancep. Tapi karena penasaran dengan euforia didepan, akhirnya saya pun maju dan bergabung dengan orang-orang yang njoget didepan DJ. Dan ternyata sampai didepan pun saya masih belum paham, kenapa orang-orang bisa njoget dan teriak-teriak dengan musik yang penuh hentakan ini. Nah wong satupun saya nggak tahu itu lagu apa kok, gimana saya mau paham. Akhirnya ya sudah, saya malah memperhatikan bagaimana cara njoget orang-orang disana. Hahaha.. Menyenangkan..

Saya rasa apa yang saya rasakan semalam pun sebenarnya sering dirasakan semua orang. Nggak setiap orang paham kenapa anak punk berpogo, anak metal moshing, atau penonton dangdut pada goyang bang jali.

Alasannya sederhana. Karena belum mencoba memahami. Akibatnya orang-orang justru menganggap aneh mereka yang njoget itu, lalu dengan gampangnya memberi stigma negatif.

Bagi saya, semalam itu justru menyenangkan bisa melihat hal baru. Bisa merasakan euforia yang sebelumnya belum pernah saya rasakan. Meskipun sampai sekarang saya nggak bisa menikmati musik disko, tapi saya sudah mencoba memahaminya.

Paling tidak saya ngerti kenapa orang-orang njoget. :)

Orang-orang yang njoget itu sadar kok mungkin mereka akan dianggap aneh, lebay, atau sok asik.

Tapi ya luwehhhh....Intinya hidupmu menyenangkan, nggak merugikan orang lain, dan nek ono gawean yo sing tanggung jawab.

Saya punya prinsip, saya tidak boleh benci atau marah pada orang yang gaya pakaiannya berbeda, yang tingkah lakunya nyentrik atau sok asik, atau karakternya tidak pada umumnya. Saya tidak boleh membenci karena mereka berbeda. Seperti kata dosen saya, Bu Wening, "Jangan pernah memaksakan standarmu pada orang lain". Ya memang benar, setiap orang punya latar belakang hidup yang berbeda, ya sudah pasti hasil bentukannya pun berbeda.

Jadi.. intine, biarlah orang punya gaya masing-masing. Yang penting apa yang dia lakukan tidak merugikan orang lain. Iya kan?

Silahkan marah sama mereka yang sudah diberi tanggung jawab, tapi malah lari atau mlipir dengan berbagai alasan. Itu sudah jelas dia merugikan banyak orang. Itu jauh lebih masuk akal lo dibanding kamu marah karena tidak suka karakter atau gaya hidupnya.

Selanjutnya..........Mari njoget dengan cara masing-masing....

Share:

0 komentar