Passion and Responsibility

Di tengah kamu kerja, selalu ada masa dimana kamu merasa lelah, bosan, bahkan muak. Passion atau hasratmu tiba-tiba hilang. Mungkin semua orang pernah merasakannya.

Banyak yang memilih mundur lalu pergi, dengan alasan tak bisa maksimal, akan merugikan orang disekitarnya, atau menyiksa diri sendiri.

Tapi menurutku, passion itu layaknya mood. Suatu saat kamu nggak mood, hasratmu hilang terhadap suatu hal.

Kita pernah nggak mood kuliah, kita pernah nggak mood rapat, pernah juga nggak mood untuk makan.

Tapi, akhir-akhir ini saya merenung dan menemukan sebuah pameo bahwa mengikuti mood tak beda dengan mengikuti hawa nafsu. Memberimu kelegaan sejenak, namun kemudian akan ada sesal besar yang kamu rasakan.

Nggak mood kuliah, lalu nggak berangkat kuliah. Nggak mood rapat lalu nggak berangkat rapat. Nggak mood makan lalu nggak makan.

Pertanyaannya,benarkah dengan mengikuti mood lalu keadaan sekitar kita menjadi semakin baik?

Bukankah mengikuti mood pada akhirnya justru sering membuat banyak orang, bahkan dirimu sendiri akan merasa kecewa?

Mengikuti hasrat/passion menurutku hampir sama dengan mengikuti mood.

Cenderung merugikan.

Apalagi setelah kita menentukan pilihan terhadap suatu hal.

Contoh: Sudah memutuskan untuk jadi anak kuliahan.

Mengikuti hasrat/passion mungkin bagus saat kamu belum menentukan pilihan.

Contoh: Masa memilih jurusan Pra-SNMPTN

Tapi setelah kamu menentukan sebuah pilihan, mengikuti passion sama dengan mengikuti mood, sama dengan mengikuti nafsu.

Pertanyaannya, benarkah dengan mengikuti mood/passion/nafsu lalu keadaan sekitar kita menjadi semakin baik?

Bukankah mengikuti mood/passion/nafsu pada akhirnya justru sering membuat banyak orang, bahkan dirimu sendiri akan merasa kecewa?

Kalau kamu bekerja hanya berdasarkan passion, ingat aja sih, diatas passion ada hal yang  jauh lebih penting, itulah tanggung jawab.

Share:

0 komentar