Catatan Baraobira hari-13, TENTANG SOSIALISASI YANG GAGAL, TARADA WARGA YANG DATANG

Sampai juga di catatan hari-13.

13 ! Angka yang dikenal umat sejagad sebagai sinonim kata sial. Kita mempertimbangkan untuk tidak membuat pesta makan malam di tanggal 13. Beribu bangunan sengaja melewatkan lantai 13, sehingga akan ada angka 14 setelah 12. Kebanyakan orang menghindari membeli rumah di jalan nomor 13. Apakah ada rumus ilmiah yang bisa membuat angka ini logis disebut angka sial? Tidak juga. Namun apa mau dikata, catatan hari-13 ini ternyata juga akan berbicara tentang kesialan yang terjadi hari ini. Sial !

Di Jum'at yang terik ini, sedianya Tim Baraobira akan mengadakan dua sosialisasi. Sosialisasi yang  pertama adalah sosialisasi bahaya malaria dan penyakit menular seksual. Sedangkan sosialisasi yang kedua adalah sosialisasi tentang pupuk kompos.

Sialnya, tak ada satu warga pun yang datang. Kosong !

Untuk itu, dalam catatan ini, saya mewawancarai 2 orang anggota tim Baraobira. Gita dan Tabah. Gita adalah penanggung jawab program sosialisasi bahaya malaria dan penyakit menular seksual. Sedang Tabah adalah penanggung jawab sosialisasi yang satunya. Saya kira wawancara ini cukup layak untuk dibaca – terutama bagi kalian yang belum pernah KKN. Setidaknya, akan ada beberapa pelajaran yang bisa kalian ambil dari kesialan kami.

Bagus:   Halo Gita, Halo Tabah..

Gita dan Tabah: Hai.

Bagus: Settt dah.. Gimane nih neng, sosialisasi kagak ade nyang nyamperin?

Gita: Maaf kaka, tong sedang di Timur. Tong pakai bahasa Timur saja, jangan pakai bahase betawi dah !

Bagus: Ah, saya kaka ! Saya ulang pertanyaannya e ! Chiiiii... Bagaimana ini sosialisasi tarada yang datang? Kosong.....

Gita: Iyoo.. Tara tau kaka, mungking karena tong pe warga sedang sibuk semua. Padahal su tong umumkan lewat dua masjid...

Tabah: Mbuh iki mas, kurang publikasi kayaknya.

Bagus: Chii.. kak Tabah ini, pakai bahasa medhok terus e... Lanjut sudah ke pertanyaan dua. Begini kaka, kenapa tong adakan acara sosialisasi ini di bulan puasa? Kenapa tara selesai lebaran saja?

Gita: Kan tong.... Kantong bolong...hihihi...

Bagus: Wis git... receh dah !!!

Gita: Hihihi... Kan tong su tanya sama warga. Dong (mereka) bilang waktu malam perkenalan itu, kalau program non fisik sebaiknya diselesaikan sebelum lebaran.

Tabah: Hooh yoo... Tur kan, katanya kalau pas bulan puasa warga Anggai juga belom sibuk kerja. Kegiatan di tromol/tambang juga libur. Nah katanya kalau habis lebaran, warganya habis. Pada ke kebung sama tambang semua. Piye to??

Bagus: Iii.. Pusing e.. Siapa yang salah ini? Tong anak KKN atau warga Anggai?

Gita: Bagaimana e... tong juga asal bikin program saja tapi kurang publikasi. Jadi tara banyak warga yang tau mungking..

Tabah: Yo kalau kesalahan utama ya jelasss.. ada pada kita no.. Kita kan masih kurang publikasi dan kurang tau cara paling ampuh buat undang warga.

Bagus: Memangnya, kaka-kaka ini mau sosialisasi tentang apa saja kah?

Gita: Kalau kita (saya) mau sosialisasi tentang bahaya Penyakit Menular Seksssss....sual, sama satu lagi, bahaya penyakit malaria...

Tabah: Kalau aku sih tentang pembuatan pupuk kompos, mas...

Bagus: Penting kah buat warga?

Gita: Kan ini juga warga yang dulu minta waktu tong presentasi di malam perkenalan. Dong bilang disini su ada satu orang yang positiv HIV, dan kalau tong tara kasih solusi kan bisa bahaya. Nanti banyak yang nyusul. Lalu, disini juga banyak kasus “Ku hamil duluan, sudah 3 bulan... Gara-gara pacaran sering dua-duaan”, aseek. Hihihi... Kalau yang malaria itu, karena disini kan malaria itu penyakit endemik.

Tabah: Kalau aku kan sosialisasi tentang pembuatan pupuk kompos. Yo jelas penting. Pertama, warga sini masih buang sampah di lao (laut)... Kalau warga bilang sih gini, sampah dibuang di laut kan biar kebawa arus. Kata siapa? Wong nanti sampah juga bisa balik lagi ke dara (darat) kok... Kan eman-eman lautnya rusak.. Nah jadi mau disosialisasikan: Bagaimana caranya mengelola sampah. Sampah organik kan bisa dibikin pupuk, wong disini juga belum ada budaya menanam pakai pupuk. Nah kalau yang anorganik, ya bisa dibikin kerajinan. Tapi kan tahun ini kita belum nyiapin materi ini. Ya udah, sampah anorganik lebih baik dibakar saja. Ada sih efek lingkungannya, tapi tidak separah kalau di buang di laut. Oh ya satu lagi, ini juga jadi pengantar sebelum nanti habis lebaran kita mau bikin tempat sampah masyarakat.

Bagus: Tempat sampah opo??

Tabah: Tempat Sampah Milik Masyarakat.....

Bagus: Chii... cerita klasik e.. Anak KKN bikin sosialisasi, tarada warga yang datang. Lalu, bagaimana ini solusinya kaka? Sosialisasi ini mau ditunda atau tong batalkan sudah?

Gita: Tong tunda, jangan tong batalkan ! Nah, nanti tong bisa ngakali. "Ngakalii...." Ya, maksudnya nanti tetap tong adakan selesai lebaran, tapi sosialisasinya tong adakan bersama  kegiatan Posyandu. Kalau posyandu kan banyak warga yang datang jadi nanti banyak yang ikut sosialisasi juga. Itu juga saran dari Bu Bidang Lia dan Bu Bidang Irma.

Tabah: Iya.. Tadi sih sudah bahas solusinya. Pertama, diadakan bareng posyandu. Kedua, nanti kita bikin surat buat disebar di masing-masing rumah. Biasanya kan kalau sudah ada surat, warga merasa lebih dihormati. Tur kan ini bisa jadi ajang pendekatan kita juga ke warga to. Solusi ketiga, lek perlu mubang-mubeng kampung nggowo TOA...

Bagus: Luar biasa kaka... Jadi tetap optimis sukses e??

Gita: Jelas dong...

Tabah: Yo kudu...

Ini foto Balai Desa Anggai, tempat yang sedianya hendak kami pakai untuk sosialisai.

Gita. Calon Bidan yang siap mengabdi di Somalia. Hobi Ngreceh tapi Pagopan.
Tabah. Mahasiswi Pertanian. Idola Masyarakat Anggai. Kabarnya siap jadi Mama Timur: Nganggo Masker Adem Tradisional sinambi Budidaya Bonsai Cengkih.

--------------------------------------------------------------------

Seusai wawancara singkat dengan Gita dan Tabah, saya segera berangkat Jumatan. Sorenya Tim Baraobira mengadakan program satu lagi, yaitu Taman Pengajian Al-Qur’an. Muncul sedikit kekhawatiran, jangan-jangan tak ada lagi yang datang? Apakah mitologi angka 13 masih mengintai?

Beruntunglah..mitologi tetap mitologi. Acara TPA jadi semacam hiburan, karena pada akhirnya banyak anak-anak Anggai menampakkan batang hidungnya.

Mengaji Sore telah memelantingkan ingatan saya pada masa 15 tahun lalu. Saat tubuh yang masih kecil selalu pergi ke Mushola tiap sore. Berlari cepat saat toa masjid sudah mengumumkan pengajian siap dimulai. Tiba-tiba saya mengenang Mas Syakirun, guru ngaji yang jadi idola semua bocah kampung saya. Ia yang tak pernah memegang githik (bilah bambu tipis untuk menyabet murid mbeling) saat mengajar, ia yang sabar menerangkan bedanya idgham bighunnah dan idgham billaghunah, dan ia yang tak pernah kehabisan lagu ngaji untuk ditembangkan. Salah satu lagu yang masih teringat ngelothok di kepala adalah lagu 5 rukun Islam, yang ia gubah dari lagu balonku ada lima, yang kemudian ia ubah liriknya. Lagu ini pun hari ini kembali saya nyanyikan, saya ajarkan kepada anak-anak di Anggai:

Rukun Islam yang lima,
Shahadat, sholat, puasa,
Zakat untuk si Papa,
Haji bagi yang kuasa..

Siapa tidak sholat (Hey !!)
Celaka di akhirat,
Siapa tak bayar zakat,
oleh Allah dilaknat.

Banyak dari mereka yang menyukai cara ini. Mengaji sambil menyanyi. Menyanyi sambil mengaji. Sebelum mereka bertanya, saya mencoba untuk menjelaskan apa yang sekiranya belum mereka paham,

"Adik-adik, perhatikan di lirik: Zakat untuk si papa... Si papa itu artinya orang yang miskin, orang yang hidupnya susah. Bukan papa, suaminya mama ya???".

"Adik-adik tau artinya dilaknat, tarada? Dilaknat itu artinya dihukum. Jadi dilaknat Allah itu artinya dihukum Allah, e?"

Saya cukup kaget saat sedang mengajar Al-Qur'an. Ternyata banyak dari anak-anak ini yang sudah mampu membaca Al-Qur'an dengan nada murotal, lengkap dengan cengkok-cengkoknya. Padahal sebagian besar dari mereka masih SD.

"Ih, ini lebih hebat daripada anak-anak di kampung saya", ujar saya pada teman-teman yang juga ikut mengaji.

Kalau menurut Haviz dan Umar, dua anggota Baraobira yang paling fasih dalam membaca ayat-ayat Al-Qur'an, kebanyakan anak Anggai memang sudah lancar dan indah dalam membaca Al-Qur'an, hanya saja mereka masih lemah dalam tajwidnya.

Seketika itu Baba, salah satu anggota Baraobira, ikut nyeletuk,

"Santai lah... Wong aku wae Iqra' (jilid) 3 durung lancar".

1 Juli 2016


Sosok Syaikh Umar, Mengajar Ngaji dengan Aplikasi Modern

Alhamdulillah, Jama'ah Al-Anggaiyah Ramai




Share:

0 komentar