bagus panuntun

berubah!

Putri Cina adalah novel yang baru saja selesai saya baca. Novel karangan Sindhunata ini saya temukan di Perpus FIB, dan langsung membuat saya tertarik. Kenapa saya tertarik? Jelas karena judulnya Putri Cina. Cina. Ya, melihat judulnya ini, lantas keingintahuan saya memuncak untuk tahu apa isinya. Terlebih kata “Cina” adalah 1 kata yang begitu mewarnai kehidupan saya.

Novel ini menceritakan tentang Putri Cina yang risau dengan keadaan dirinya. Dia hidup di tanah Jawa namun secara fisik dia berbeda. Dia memang keturunan Cina, namun di kalangan orang Cina sendiri, dia tidaklah termasuk Cina karena tidak besar dan lahir di Cina. Dia bahkan tidak bisa berbahasa Cina.


Kenyataan historis yang diceritakan secara fiktif dengan mitos dan filosofi yang begitu ditonjolkan. Setting dari novel ini ada di tanah Jawa. Dari novel ini, saya belajar berbagai sejarah tentang Cina di tanah Jawa. Mulai dari cerita lahirnya Raja kerajaan islam pertama di Pulau Jawa. Tahu kerajaan Demak? Rajanya, yaitu Raden Patah, beliau adalah keturunan Jawa-Cina. Nama Cina dari Raden Patah adalah Jin Bun. Ayahnya adalah Raden Brawijaya V, raja terakhir Majapahit, yang salah satu istrinya adalah seorang wanita Cina. Dalam novel ini, tidak disebutkan siapa nama dari istri Raden Brawijaya, ia hanya disebut sebagai “Putri Cina”.


Kemudian Putri Cina melewati berbagai jaman, menjelajah waktu dari masa ke masa. Ia muncul sebagai istri Raden Brawijaya, kemudian sebagai Sam Pek, Roro Hoyi, hingga Giok Tien. Menjadi beberapa tokoh dalam 1 novel, ia tetap digambarkan sebagai wanita cina yang berusaha mencari jati dirinya.


Pada kisah Giok Tien, setting cerita berada di Negara Medang Kamulan Baru. Medang Kamulan Baru ini sebenarnya adalah sindiran untuk Jaman Orde Baru. Diceritakan sebuah negara bernama Medang Kamulan Baru yang rajanya gila kekuasaan. Ia memerintah dengan begitu serakah dan otoriter hingga suatu saat warga marah saat keadaan negara Medang Kamulan Baru menjadi carut marut. Akibat korupsi, kemiskinan terjadi dimana-mana. Akibatnya rakyat mulai melawan dengan melakukan demonstrasi besar-besaran. Raja yang masih ingin berkuasa saat itu, lantas mencari akal bagaimana agar masyarakat yang sedang kesetanan bisa teralihkan perhatiannya. Raja pun melalui bawahannya mengatakan bahwa penyebab ekonomi yang terjun bebas di negaranya adalah orang Cina. Orang cina berdagang sebebas-bebasnya di negara Medang Kamulan Baru, orang Cina sukses, namun justru rakyat asli Medang Kamulan Baru tak bisa meningkatkan kehidupan ekonomi mereka. Rakyat yang sedang kesetanan dan ingin melampiaskan kemarahannya pun menjadi sangat mudah terpengaruh oleh apa yang pemerintah katakan. Maka, kaum Cina yang jadi korbannya. Rumah-rumah orang Cina dibakar, terjadi pemerkosaan gadis cina dimana-mana, penjarahan juga tak terelakkan.


Giok Tien, yang hidup di jaman itu pun mengalami konflik batin yang hebat. Terlebih karena suaminya, Gurdo Paksi, adalah Senapati, orang kepercayaan raja. Giok Tien tak tahu harus menaruh kepercayaan kepada siapa, ia tak bisa percaya begitu saja pada suaminya karena suaminya adalah orang kepercayaan Raja Medang Kamulan Baru. Seorang senapati tertinggi yang mengatur ribuan bala tentara Medang Kamulan Baru. Ia berpikir, bahwa suaminya lah yang menjadi provokator pembantaian terhadap etnis-etnis cina disana. Namun, di sisi lain, ia mengenal suaminya sebagai seseorang yang sangat mencintainya, sehingga seolah mustahil jika ia tega menjadi dalang dari pembantaian massal etnisnya ini. Bagaimana mungkin Gurdo Paksi tega membunuh Cina, sedangkan istrinya sendiri adalah seorang putri Cina?


Putri Cina tak hanya sebuah dongeng yang melukiskan kisah pasangan beda etnis, Cina dan Jawa, yang berjuang sampai mati demi sebuah rasa saling percaya agar cinta mereka tak terpisahkan. Tragedi cinta yang penuh tetesan darah dan mengharukan hati. Novel ini juga sarat akan kritik sosial tentang kehidupan etnis Cina, khususnya di Pulau Jawa. Ini sedikit review dari novel Putri Cina. Tulisan ini adalah akan saya lanjutkan dengan beberapa quotes dari novel ini, kemudian pendapat pribadi saya tentang menjadi seorang ( yang katanya) Cina. Tunggu kelanjutannya.

@aribagoez
Waktu itu mata kuliahnya Madame Wulan. Kita sedang belajar kebiasaan-kebiasaannya orang Prancis. Kali ini kita belajar tentang cara-cara membayar di Prancis (maksute?).

Jadi gini contohnya yang kita bahas, kalau kita lagi di Prancis terus kita pingin beli oleh-oleh buat saudara di Indonesia, kita memilih oleh-oleh apa yang paling cocok. Contohnya kita memilih Indomie. Ya Indomie tapi yang belinya di Prancis. Sebut saja harganya 2,5 euro, sedangkan kita bawa uang 50 euro. Apa yang terjadi kalau kita membayarnya dengan uang kertas 50 euro tersebut? Yang jadi malah kita bakal dimarah-marahin orang Prancis. Lho? Iya. Soalnya di Prancis kebanyakan transaksi jual beli sudah memakai kartu kredit, terutama yang harganya diatas 20 euro. Masuk akal juga sih, bayangkan kalau kita bayar pakai 50 euro, sedangkan 1 euro itu kalau dirupiahkan kurang lebih 15ribu, jadi bayar Indomie pakai uang 50 euro sama saja kita bayar Indomie pakai uang 750.000 ribuan. Haha, yo kesel nyusukine to.

Selain hal diatas, kita juga bahas yang namanya TCC(Toutes Charges Comprises), pokoknya gini, kalau kita sewa appartement di Prancis, tiap bulannya kita juga harus bayar biaya air minum, kebersihan, dan lift. Lift??? Pertama kali saya heran kenapa lift harus bayar. Sedangkan di Indonesia , apalagi yang kuliah di UGM, lift bahkan sampai buat mainan, 1..2..3..4, pencet semua. 4..3..2..1 pencet semua.

Nah, kemudian dosen saya, Madame Wulan, beliau menjawab. “Kalian nggak tau po, sekali kita pakai lift itu FIB harus bayar 10 ribu”. “Haa, seriusan madamme?”, anak-anak kaget semua.

Okelah, jadi mulai sekarang jangan suka mainan lift ya. Boros. Kalau mau ke lantai 2, mending naik tangga sebentar, cukup.

Tapi ada juga yang menjawab “kita kuliah udah mbayar, yo dipakai aja semau kita” . Woo... mbahmu. Kowe kuliah ki mbayar piro? 2 jutaan per semester. Itu udah termasuk dapat ilmu banyak dari dosen, boleh pakai listrik, air, wifi, lift,mushola, kamar mandi, parkiran, perpus, dan sebagainya. Nggak mungkin 2 juta bisa seperti itu kecuali kalau kita juga dibiayai rakyat. Kuliah itu dibiayai rakyat. Duit rakyat. Pajak itu duit rakyat to?

Kurang bijak kalau kita memakai fasilitas kampus seenaknya saja. Kalau kita pernah bilang “orang bijak taat bayar pajak”, berarti kita juga harus lebih bijak memanfaatkan hasil dari kontribusinya rakyat yang bijak tersebut.

Jadi, mari kita lebih dewasa dalam memakai segala fasilitas yang ada di sekitar kita. Jangan mainan lift lagi, 10ribu yang dihambur-hamburkan itu mungkin sepertinya sepele bagi kita. Tapi diluar sana, masih banyak saudara-saudara kita yang jangankan punya uang 10ribu, mau minum saja sumber air tak dekat, jangankan untuk bekerja, mau makan sehari 2x saja masih susah. Ingat ya teman-teman, JANGAN MAINAN LIFT LAGI.

@aribagoez


43 anak dari 34 provinsi, 17 hari bertualang di  4 negara. Dulu kita masih bercerita tentang seperti apa tanah tempat kita mengeruk ilmu. Sekarang kita bertemu lagi, cerita kita sudah berbeda. Kita bercerita tentang tanah tempat kita mengeruk ilmu bersama-sama. “Bersama-sama”, aku suka kata ini. :)

Ada banyak kebalikan di dunia ini, ia yang merasa berkuasa atas hidupnya menikmati hidup atas kuasanya, sebenarnya adalah dia yang dicekam ketakutan dan kematian, Ia menderita kebahagiaan karena sesungguhnya ia tak berdaya apa-apa di kehidupan yang sesungguhnya. (Anak Bajang Menggiring Angin)





hatiku adalah Batara Guru, yang sedang berbicara padaku sendiri
mungkin sisi dari diriku yang berupa Rahwana

Punya mimpi ke Paris. Atau Jepang. Tapi jalan dari Panti Rapih-Bulak Sumur dibilang jauh.

Semalam, saya baru saja berdiskusi bahasa Inggris dengan teman-teman FIBER UGM. Untuk yang belum tahu apa itu FIBER(FIB English Ranger), silahkan follow twitter @FIBERUGM. Tema diskusi malam ini adalah LGBT(Lesbian, Gay, Bisexsual, and Transgender). Pasti kalian punya pendapat masing-masing kan mengenai eksistensi mereka? Kali ini dengan tema LGBT.

Di diskusi tersebut banyak yang bilang begini:
LGBT itu bukan mereka yang menginginkan, bahkan mereka sudah tidak bisa menolong mereka sendiri

Nah pernyataan diatas ini yang bikin saya nggak setuju. Itulah kenapa dalam sesi Tweet Ranger, saya berkicau “"LGBT? If they said that LGBT isn't their choice, I'm not sure. Between B(birth) and D(death), there's always C(choice)”. Buat saya, hidup itu pilihan. Jadi apapun, termasuk jadi Gay, Lesbian, itu adalah pilihan. Pilihan selalu diikuti 2 hal, baik dan buruk. Manusia perlu bertanggung jawab agar siap menerima segala akibat dari pilihannya.

Memilih jadi LGBT. Jelas ini bukan pilihan yang mudah. Tidak main-main. Entah bagaimana akhirnya manusia ada yang memilih jalan ini.  Akan tetapi, saya rasa mereka sudah tahu, kalau menjadi LGBT di Indonesia itu berat. Sebagian besar orang Indonesia akan menganggapnya aneh, bodoh, bahkan menyeramkan. Ya memang pasti begini. Karena hal ini masih dianggap tabu dan tidak sesuai dengan norma yang ada di masyarakat.

Jangan protes dan mengeluh kalau itu terjadi.Tidak semua masyarakat itu mau terbuka. Pandangan masyarakat tidak bisa diubah begitu saja, kalau tidak mau setuju dengan mereka, ya paling tidak harus mau menyesuaikan. Kalau terus protes dan mengeluh. Ini sama saja mereka tidak siap dengan resiko memilih jadi LGBT.

Kemudian ada yang bilang begini :
Kapan negara kita akan maju kalau masyarakatnya tidak mau terbuka?

Oke, kita lihat negara yang maju. Prancis, mereka melegalkan pernikahan sesama jenis. Apa berarti mereka berpikiran jauh lebih terbuka daripada negara kita? Mungkin iya kalau soal LGBT, sex, atau sastra. Saya balik bertanya, apakah orang Prancis lebih terbuka pada agama Islam dibanding orang Indonesia? Tidak kan? Banyak juga orang Prancis yang bilang islam itu teroris. Sedangkan di negara kita, islam adalah negara yang dianut lebih dari 200juta orang. Diterima dengan mudahnya.

Bukan berarti Prancis lebih baik. Bukan berarti juga Indonesia yang lebih baik. Akan tetapi, beda tempat beda cara pandangnya.  Individu lah yang harus menyesuikan diri, bukan masyarakatnya.

Kemudian ada pertanyaan begini :
Kalau pernikahan sesama jenis dilegalkan di Indonesia setuju nggak?

Kalau saya jelas nggak setuju. Pondasi negara kita kan pancasila. Sila pertama kita “Ketuhanan yang maha esa”. Dan setahu saya, tiap agama mengatakan kalau manusia diciptakan untuk saling berpasang-pasangan, laki-laki dan perempuan. Melegalkan kawin sesama jenis sama saja menodai sila pertama. Saya jelas nggak terima kalau pancasila dinodai begitu saja. Dulu Soekarno dan Hatta sering begadang lo demi mikirin pancasila. Belum lagi, berapa puluh ribu pahlawan yang gugur waktu memperjuangkannya.

Kalau butuh keadilan? Adil juga harus beradab dong. Kemanusiaan yang adil dan beradab. Kalau adab menerima tamu, saya tahu. Adab menjenguk teman yang sakit, saya tahu. Tapi adab menikahi sesama jenis, saya nggak pernah tahu.hehe, Jadi kalau maksa mau nikah sesama jenis, silahkan pergi ke Prancis yang pondasinya Liberty, Egality, Fraternity. Atau ke Belanda. Tapi jangan di negeri yang punya 5 sila ini.

Kesimpulannya?

LGBT. Mungkin alasannya karena cinta, ada yang bilang itu nafsu, atau entahlah. Yang jelas sih, sebagian besar yang dilakukan orang-orang LGBT bukanlah hal-hal yang bermanfaat. Bahkan banyak yang malah merugikan mereka sendiri. Tapi selama mereka merasa nyaman, ya mau gimana lagi. Nggak ada gunanya kan menyalah-nyalahkan mereka. Wong mereka Enjoy their life kok.

Buat saya, kalau ini memang pilihan hati mereka, ya sudahlah. Pol-polnya saya cuma mengingatkan saja. Saya nggak mau menyalah-nyalahkan mereka. Toh kalau rugi, yang rugi juga mereka. Bilang mereka benar? Nggak juga. Hal yang benar adalah hal-hal yang suatu saat akan saya katakan pada anak-anak saya. Dan saya nggak akan mengatakan tentang LGBT adalah pilihan yang tepat untuk masa depan anak saya,hehe.

Sesama manusia kita harus saling menghormati. Siapapun, selama tidak merugikan masyarakat banyak ya jangan pernah dimusuhi. Hati-hati juga sih dalam pergaulan, jangan sampai kita terjerembab ke dunia yang nggak mendatangkan banyak manfaat untuk orang banyak. Apalagi yang merugikan diri sendiri.

Seperti kata saya tadi. Kesimpulannya, pol-polnya saya hanya bisa memperingatkan. Hubungan sex bebas itu bahaya banget lo. Resiko terkena HIV, penyakit kelamin, resiko suramnya masa depan, dipandang sebelah mata oleh masyarakat. Besar sekali resikonya, berbahaya. Kalau masih mendukung mereka, berarti kalian mendukung agar mereka semakin dekat dengan resiko-resiko tadi. Orang lesbian, gay, bisex, transgender, saya pikir orientasi mereka lebih ke hubugan sex. Ini mungkin sih, tapi seandainya ada wawancara ke orang gay “Selama pacaran, kalian pernah ngapain aja?”. Saya rasa nggak akan ada yang jawabannya “emm, nggak pernah ngapa-ngapain, kita cuma pernah pegangan tangan aja”. :D 

@aribagoez
"We're going to the beach today... We're going to laugh and sing our cares away...
 The sun is shining on our face. We can take it in and let it out and say
La la lala la lalaa~ La la lala la lalaa~" 

Pantai destinasi kita kali ini adalah Pantai Ngetun, sebuah pantai yang jarang diketahui keberadaannya. Menurut beberapa blog, rute menuju pantai ini sangat sulit karena yang pertama, orang Gunung Kidul sendiri ragu dimana tepatnya pantai itu berada dan kedua, pantai itu bisa dicapai setelah perjalanan panjang diantara lahan perkebunan warga dengan jalan super offroad. Saya tekankan sekali lagi.. SUPER OFFROAD. hahaha
Bayangkan saja, itu adalah jalan yang hanya bisa dilalui manusia, bukan untuk kendaraan bermotor. Dan jangan berharap lagi kau bisa membawa mobil ke sana.

Keindahan pantai ini juga diragukan kredibilitasnya (oleh saya). Masalahnya, awalnya kita hanya berpedoman pada foto-foto di blog orang. Sungguh tidak reliable Saudara-Saudara sekalian!
Tapi setelah sampai di sana, segala lelah dan keraguan saya sirna diserap sebuah pemandangan pantai yang anggun namun penuh kesederhanaan. Hanya sebuah pantai kecil, tapi penuh keramahan! Pasirnya yang berwarna krem dan lembut.. Pohon rindang di pinggirnya.. Ombak yang bergulung tinggi dan pecah dikejauhan sehingga lembut menyentuh bibir pantai.. Karang-karang yang letaknya artistik dan tidak mengganggu..
Tidak ada turis lain selain kami, hanya ada beberapa penduduk sekitar yang bekerja menyiangi lahan mereka, dan suara mengembik kambing-kambing yang kandangnya tepat di rerimbunan pinggir pantai.. sehingga kami menyetel musik, makan bekal buatan sendiri, berfoto bersama Squirrel kami, dan berfilosofi tentang awan...



"I do enjoy my time with you.. making the best of everything we do..
We're going to enjoy something new and we'll make it ours before the day is through" 

I wonder if it wasn't you, when will I struggle through the shaking-offroad route or prepare the lunch in the early morning? I do really wonder..
The way I can do that thing with you, the way I enjoy the life with you, the way I see things in this world with you.. I wonder if I can do that all with anybody else.

And though the sun has said goodnight, just want to say I had a real good time..
I think I really feel alright.. I don't ever ever wanna say goodbye." 

@Ririshwari 

Kapan lagi cher
Di suatu pantai dengan pasir putih
dan suara ombak yang keras
Tak ada tempat parkir, penjual air mineral atau tiket masuk
Hanya ada jejak kaki kita disana
batu karang yang kuat, lalu kita duduk di baliknya, bersebelahan
Pohon-pohon hijau di tepi pantai, lalu kita merebahkan diri dibawahnya
Mengambil puluhan foto, makan masakan bikinanmu sendiri
C’est la vie
Pantai yang selama 2 jam jadi pantai kita
Pantai pribadi
Lari-larian, tanpa ada 1 pun tatap mata melihat
mau teriak-teriak, tak ada yang menyaingi nyanyian kita
emm..Mungkin debur ombak, atau angin laut atau angin darat
Entahlah..
Jarak yang jauh, jalan gradakan, mendorong motor di jalan tanjakan
Tak ada apa-apanya
Mereka pelengkap cerita indah saja sebelum sampai di Ngetun
Dan lihat, ini foto-fotonya di post bawah.. :D

@aribagoez













@aribagoez et @Ririshwari
Saya muak dengan cerita anak SMA yang harus masuk jurusan IPA karena pilihan orang tuanya, apalagi dengan cerita wanita yang dipilihkan pasangannya. Bagaimana bisa seseorang hidup dalam pilihan orang lain?

Sampai badan kita benar-benar terpisah dengan nyawanya, kita akan selalu dihadapkan pada pilihan-pilihan. Karena itulah hidup.

Selalu akan ada banyak pilihan dalam kehidupan, mulai yang hanya AB sampai pilihan yang AZ. Siapa yang bisa menentukan mana yang terbaik? HANYA KITA SENDIRI. Bahkan orang tua pun tidak.

Betapa malangnya ketika kita menuruti begitu saja apa pilihan orang tua.

Jangan sampai anak dijadikan media mewujudkan mimpi orang tuanya. Setiap anak selalu mempunyai mimpinya sendiri.  Anak selalu dipenuhi impian-impian segar karena anak hidup seperti bunga yang ingin mengenal alam, sedangkan orang tua hidup dalam pikiran untuk meninggalkan alam. (Shindunata).

Orang tua berhak membimbing, tapi tak berhak mengarahkan hidup anaknya. Kita tahu, setiap orang tua ingin anaknya bahagia, tapi mengarahkan masa depan anak sama dengan mempersempit cita-cita hidup. Rasanya seperti dipojokkan ke mulut jurang yang dalam.

Sekali lagi, setiap orang tua ingin anaknya bahagia. Akan tetapi alam terus menyegarkan dirinya, sehingga anak dan orang tua pasti mengalami jaman yang berbeda. Mungkin banyak orang akhirnya menuruti kata orang tuanya, dengan alasan takut dianggap anak yang durhaka. Namun ingat, mendurhakai diri sendiri lebih celaka dibanding mendurhakai siapapun.

Kita memang perlu menjadi seseorang yang selalu membuka mata, telinga, hati. Sebaiknya pula kita mendengarkan semua saran yang ada, namun bukan berarti kita harus memasrahkan hidup kita pada pilihan orang lain.

 Menuruti pilihan orang lain berarti meninggalkan tanggung jawab akan dirinya sendiri. Sehingga jika ada kegagalan dalam pilihan itu, kita akan berusaha menyalahkan orang lain. Orang akan berusaha berkata, “ini bukan pilihanku. Andai dulu pilihanku diperbolehkan, pasti semuanya akan jauh lebih baik”. Seterusnya ia akan seperti ini, menyalahkan orang lain atas kegagalannya. Sudah menderita kegagalan, masih pula mengecam dunia. Menyedihkan.

Lalu, bagaimana jika kita nekat menentukan pilihan hidup sendiri dan kita gagal? Orang yang gagal karena pilihannya sendiri akan menjadi lebih siap menanggung resiko. Ketika gagalpun ia akan berusaha memeras otaknya untuk mencari solusi lain agar semuanya berjalan menjadi lebih baik. Bagi orang yang berani menentukan pilihannya, tak ada waktu untuk mengecam dunia, karena semuanya hanya tentang evaluasi diri dan tanggung jawab akan pilihan.

 Hmm..Ya siaplah saja. Mungkin kan ada beberapa oknum yang berkata “Rasakan kegagalanmu, salah siapa dulu tak menuruti kataku”. Apakah kita harus menyesal setelah itu terjadi? Tak perlu. Kita masih bisa tersenyum manis lalu menjawab dengan gagah “IKI URIPKU PAK” .

@aribagoez
Entahlah..

but me,
each time I wanna get angry, or confuse, or disappointed to you.. I simply cannot.
if I'm so egoist and following those bad-feelings, it'll just end up hurting US.
You get hurt, and I get hurt even more because of that.
Moreover, I do ever promise you to protect you from my evil-side and won't let you down.

I think we already knew about that conception of toleration.
We've been facing so much differences, uncommon relationship and society's straight-common-senses. We've been here with faithful braveness.
Then that kind of egoism didn't worth our attention.. just take it aside.
WOLO ! (We Only Live Once) so why do we should make it complicated? Be happy ya :)

@Ririshwari















I think sometimes life will be more colorful
If our white is added by a bit of black
The world always need a combination between
Cause Black + White = Red/Green/Yellow/Rainbow/ other saturation.

@aribagoez

Saat-saat paling bahagia selalu diikuti oleh ketakutan hati. Saat-saat paling membahagiakan selalu diiringi ketakutan akan segala-galanya. Takut akan jatuh, kegagalan, bahkan mati.

Namun, jangan pernah ikuti ketakutan hati itu. Tak perlu mengikuti sesuatu yang terlalu semu.

Nyanyian-nyanyian cinta masih selalu ada. Maka dengarkan dan terus rasakan.
Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda

Arsip Blog

  • ►  2019 (17)
    • ►  Desember (5)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (2)
    • ►  Mei (1)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Februari (4)
    • ►  Januari (3)
  • ►  2018 (26)
    • ►  Desember (1)
    • ►  November (3)
    • ►  Oktober (2)
    • ►  Agustus (3)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Mei (3)
    • ►  April (7)
    • ►  Maret (2)
    • ►  Januari (4)
  • ►  2017 (20)
    • ►  Desember (2)
    • ►  November (3)
    • ►  Oktober (3)
    • ►  Agustus (2)
    • ►  Juli (6)
    • ►  April (2)
    • ►  Maret (2)
  • ►  2016 (36)
    • ►  November (4)
    • ►  September (4)
    • ►  Agustus (11)
    • ►  Mei (4)
    • ►  April (2)
    • ►  Maret (4)
    • ►  Februari (2)
    • ►  Januari (5)
  • ►  2015 (42)
    • ►  Desember (3)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  September (8)
    • ►  Agustus (2)
    • ►  Juli (3)
    • ►  Juni (8)
    • ►  Mei (3)
    • ►  April (2)
    • ►  Maret (2)
    • ►  Februari (3)
    • ►  Januari (7)
  • ►  2014 (68)
    • ►  Desember (4)
    • ►  November (4)
    • ►  Oktober (4)
    • ►  September (3)
    • ►  Agustus (10)
    • ►  Juli (7)
    • ►  Juni (3)
    • ►  Mei (10)
    • ►  April (7)
    • ►  Maret (9)
    • ►  Februari (4)
    • ►  Januari (3)
  • ▼  2013 (50)
    • ►  Desember (9)
    • ▼  November (13)
      • Putri Cina
      • Numpak Lift
      • Reuni TSCIH (with Wira,Zarens,Dinta,Yuris)
      • Batara Guru kepada Rahwana
      • Cah Saiki
      • Pedang-Pedangan
      • #NowPlaying "My Time With You" - David Choi ft. Ki...
      • Kapan Lagi
      • Pantai Ngetun
      • IKI URIPKU PAK
      • Mengapa kita tidak sering bertengkar?
      • Our First Halloween (Dracula and Mister Kyai)
      • Tentang Ketakutan Hati
    • ►  Oktober (15)
    • ►  September (7)
    • ►  Juli (2)
    • ►  Februari (2)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2012 (11)
    • ►  Desember (2)
    • ►  November (3)
    • ►  Oktober (3)
    • ►  September (3)

Copyright © 2016 bagus panuntun. Created by OddThemes & Free Wordpress Themes 2018