Putri Cina
Putri Cina adalah novel yang baru
saja selesai saya baca. Novel karangan Sindhunata ini saya temukan di Perpus
FIB, dan langsung membuat saya tertarik. Kenapa saya tertarik? Jelas karena
judulnya Putri Cina. Cina. Ya, melihat judulnya ini, lantas keingintahuan saya
memuncak untuk tahu apa isinya. Terlebih kata “Cina” adalah 1 kata yang begitu
mewarnai kehidupan saya.
Novel
ini menceritakan tentang Putri Cina yang risau dengan keadaan dirinya. Dia hidup di tanah Jawa namun secara fisik dia berbeda. Dia memang keturunan Cina, namun di kalangan orang Cina sendiri, dia tidaklah termasuk Cina karena tidak besar dan lahir di Cina. Dia bahkan tidak bisa berbahasa Cina.
Kenyataan historis yang diceritakan secara fiktif
dengan mitos dan filosofi yang begitu ditonjolkan. Setting dari novel ini ada di tanah Jawa.
Dari novel ini, saya belajar berbagai sejarah tentang Cina di tanah
Jawa. Mulai dari cerita lahirnya Raja kerajaan islam pertama di Pulau Jawa.
Tahu kerajaan Demak? Rajanya, yaitu Raden Patah, beliau adalah keturunan
Jawa-Cina. Nama Cina dari Raden Patah adalah Jin Bun. Ayahnya adalah Raden
Brawijaya V, raja terakhir Majapahit, yang salah satu istrinya adalah seorang
wanita Cina. Dalam novel ini, tidak disebutkan siapa nama dari istri Raden
Brawijaya, ia hanya disebut sebagai “Putri Cina”.
Kemudian Putri Cina melewati berbagai jaman, menjelajah waktu dari masa ke masa. Ia muncul sebagai istri Raden Brawijaya, kemudian sebagai Sam Pek, Roro Hoyi, hingga Giok Tien. Menjadi beberapa tokoh dalam 1 novel, ia tetap digambarkan sebagai wanita cina yang berusaha mencari jati dirinya.
Pada kisah
Giok Tien, setting cerita berada di Negara Medang Kamulan Baru. Medang Kamulan
Baru ini sebenarnya adalah sindiran untuk Jaman Orde Baru. Diceritakan sebuah
negara bernama Medang Kamulan Baru yang rajanya gila kekuasaan. Ia memerintah
dengan begitu serakah dan otoriter hingga suatu saat warga marah saat keadaan negara Medang
Kamulan Baru menjadi carut marut. Akibat korupsi, kemiskinan terjadi
dimana-mana. Akibatnya rakyat mulai melawan dengan melakukan demonstrasi besar-besaran.
Raja yang masih ingin berkuasa saat itu, lantas mencari akal bagaimana agar
masyarakat yang sedang kesetanan bisa teralihkan perhatiannya. Raja pun melalui
bawahannya mengatakan bahwa penyebab ekonomi yang terjun bebas di negaranya
adalah orang Cina. Orang cina berdagang sebebas-bebasnya di negara Medang
Kamulan Baru, orang Cina sukses, namun justru rakyat asli Medang Kamulan Baru tak
bisa meningkatkan kehidupan ekonomi mereka. Rakyat yang sedang kesetanan dan
ingin melampiaskan kemarahannya pun menjadi sangat mudah terpengaruh oleh apa
yang pemerintah katakan. Maka, kaum Cina yang jadi korbannya. Rumah-rumah orang
Cina dibakar, terjadi pemerkosaan gadis cina dimana-mana, penjarahan juga tak
terelakkan.
Giok Tien,
yang hidup di jaman itu pun mengalami konflik batin yang hebat. Terlebih karena
suaminya, Gurdo Paksi, adalah Senapati, orang kepercayaan raja. Giok Tien tak
tahu harus menaruh kepercayaan kepada siapa, ia tak bisa percaya begitu saja
pada suaminya karena suaminya adalah orang kepercayaan Raja Medang Kamulan
Baru. Seorang senapati tertinggi yang mengatur ribuan bala tentara Medang
Kamulan Baru. Ia berpikir, bahwa suaminya lah yang menjadi provokator
pembantaian terhadap etnis-etnis cina disana. Namun, di sisi lain, ia mengenal
suaminya sebagai seseorang yang sangat mencintainya, sehingga seolah mustahil
jika ia tega menjadi dalang dari pembantaian massal etnisnya ini. Bagaimana
mungkin Gurdo Paksi tega membunuh Cina, sedangkan istrinya sendiri adalah
seorang putri Cina?
Putri
Cina tak hanya sebuah dongeng yang melukiskan kisah pasangan beda etnis, Cina
dan Jawa, yang berjuang sampai mati demi sebuah rasa saling percaya agar cinta
mereka tak terpisahkan. Tragedi cinta yang penuh tetesan darah dan mengharukan
hati. Novel ini juga sarat akan kritik sosial tentang kehidupan etnis Cina,
khususnya di Pulau Jawa. Ini sedikit review dari novel Putri Cina. Tulisan ini
adalah akan saya lanjutkan dengan beberapa quotes dari novel ini, kemudian
pendapat pribadi saya tentang menjadi seorang ( yang katanya) Cina. Tunggu
kelanjutannya.
@aribagoez
0 komentar