Pedang-Pedangan
Semalam, saya baru saja berdiskusi bahasa Inggris dengan teman-teman FIBER UGM.
Untuk yang belum tahu apa itu FIBER(FIB English Ranger), silahkan follow
twitter @FIBERUGM. Tema diskusi malam ini adalah LGBT(Lesbian, Gay, Bisexsual,
and Transgender). Pasti kalian punya pendapat masing-masing kan mengenai
eksistensi mereka? Kali ini dengan tema LGBT.
Di diskusi tersebut banyak yang bilang begini:
Di diskusi tersebut banyak yang bilang begini:
LGBT itu bukan
mereka yang menginginkan, bahkan mereka sudah tidak bisa menolong mereka
sendiri
Nah
pernyataan diatas ini yang bikin saya nggak setuju. Itulah kenapa dalam sesi
Tweet Ranger, saya berkicau “"LGBT? If they said that LGBT isn't their choice, I'm not sure. Between B(birth) and D(death), there's always C(choice)”. Buat saya, hidup itu pilihan. Jadi
apapun, termasuk jadi Gay, Lesbian, itu adalah pilihan. Pilihan selalu diikuti
2 hal, baik dan buruk. Manusia perlu bertanggung jawab agar siap menerima
segala akibat dari pilihannya.
Memilih
jadi LGBT. Jelas ini bukan pilihan yang mudah. Tidak main-main. Entah bagaimana
akhirnya manusia ada yang memilih jalan ini. Akan tetapi, saya rasa mereka sudah tahu,
kalau menjadi LGBT di Indonesia itu berat. Sebagian besar orang Indonesia akan
menganggapnya aneh, bodoh, bahkan menyeramkan. Ya memang pasti begini. Karena hal
ini masih dianggap tabu dan tidak sesuai dengan norma yang ada di masyarakat.
Jangan
protes dan mengeluh kalau itu terjadi.Tidak semua masyarakat itu mau terbuka. Pandangan
masyarakat tidak bisa diubah begitu saja, kalau tidak mau setuju dengan mereka,
ya paling tidak harus mau menyesuaikan. Kalau terus protes dan mengeluh. Ini
sama saja mereka tidak siap dengan resiko memilih jadi LGBT.
Kemudian
ada yang bilang begini :
Kapan negara kita
akan maju kalau masyarakatnya tidak mau terbuka?
Oke,
kita lihat negara yang maju. Prancis, mereka melegalkan pernikahan sesama
jenis. Apa berarti mereka berpikiran jauh lebih terbuka daripada negara kita? Mungkin
iya kalau soal LGBT, sex, atau sastra. Saya balik bertanya, apakah orang
Prancis lebih terbuka pada agama Islam dibanding orang Indonesia? Tidak kan?
Banyak juga orang Prancis yang bilang islam itu teroris. Sedangkan di negara
kita, islam adalah negara yang dianut lebih dari 200juta orang. Diterima dengan
mudahnya.
Bukan
berarti Prancis lebih baik. Bukan berarti juga Indonesia yang lebih baik. Akan
tetapi, beda tempat beda cara pandangnya. Individu lah yang harus menyesuikan diri,
bukan masyarakatnya.
Kemudian
ada pertanyaan begini :
Kalau pernikahan
sesama jenis dilegalkan di Indonesia setuju nggak?
Kalau
saya jelas nggak setuju. Pondasi negara kita kan pancasila. Sila pertama kita
“Ketuhanan yang maha esa”. Dan setahu saya, tiap agama mengatakan kalau manusia
diciptakan untuk saling berpasang-pasangan, laki-laki dan perempuan. Melegalkan
kawin sesama jenis sama saja menodai sila pertama. Saya jelas nggak terima
kalau pancasila dinodai begitu saja. Dulu Soekarno dan Hatta sering begadang lo
demi mikirin pancasila. Belum lagi, berapa puluh ribu pahlawan yang gugur waktu
memperjuangkannya.
Kalau
butuh keadilan? Adil juga harus beradab dong. Kemanusiaan yang adil dan
beradab. Kalau adab menerima tamu, saya tahu. Adab menjenguk teman yang sakit,
saya tahu. Tapi adab menikahi sesama jenis, saya nggak pernah tahu.hehe, Jadi
kalau maksa mau nikah sesama jenis, silahkan pergi ke Prancis yang pondasinya
Liberty, Egality, Fraternity. Atau ke Belanda. Tapi jangan di negeri yang punya
5 sila ini.
Kesimpulannya?
LGBT.
Mungkin alasannya karena cinta, ada yang bilang itu nafsu, atau entahlah. Yang
jelas sih, sebagian besar yang dilakukan orang-orang LGBT bukanlah hal-hal yang
bermanfaat. Bahkan banyak yang malah merugikan mereka sendiri. Tapi selama
mereka merasa nyaman, ya mau gimana lagi. Nggak ada gunanya kan
menyalah-nyalahkan mereka. Wong mereka Enjoy their life kok.
Buat
saya, kalau ini memang pilihan hati mereka, ya sudahlah. Pol-polnya saya cuma mengingatkan
saja. Saya nggak mau menyalah-nyalahkan mereka. Toh kalau rugi, yang rugi juga
mereka. Bilang mereka benar? Nggak juga. Hal yang benar adalah hal-hal yang
suatu saat akan saya katakan pada anak-anak saya. Dan saya nggak akan
mengatakan tentang LGBT adalah pilihan yang tepat untuk masa depan anak
saya,hehe.
Sesama
manusia kita harus saling menghormati. Siapapun, selama tidak merugikan
masyarakat banyak ya jangan pernah dimusuhi. Hati-hati juga sih dalam
pergaulan, jangan sampai kita terjerembab ke dunia yang nggak mendatangkan
banyak manfaat untuk orang banyak. Apalagi yang merugikan diri sendiri.
Seperti
kata saya tadi. Kesimpulannya, pol-polnya saya hanya bisa memperingatkan. Hubungan
sex bebas itu bahaya banget lo. Resiko terkena HIV, penyakit kelamin, resiko
suramnya masa depan, dipandang sebelah mata oleh masyarakat. Besar sekali resikonya,
berbahaya. Kalau masih mendukung mereka, berarti kalian mendukung agar mereka semakin
dekat dengan resiko-resiko tadi. Orang lesbian, gay, bisex, transgender, saya
pikir orientasi mereka lebih ke hubugan sex. Ini mungkin sih, tapi seandainya
ada wawancara ke orang gay “Selama pacaran, kalian pernah ngapain aja?”. Saya
rasa nggak akan ada yang jawabannya “emm, nggak pernah ngapa-ngapain, kita cuma
pernah pegangan tangan aja”. :D
@aribagoez
0 komentar