FIBER CAMP was the first english camp whom I ever join. This camp was held in Kaliurang, 7th-8th December 2013. For two days, we did a lot of things and spoke english too much. It's fun to playing outbound, bbq competition, walking around Kaliurang, singing together, and taking many pictures. I've shared the documentation of this event, please check and download if you want.
1. Survey before camp
As a commitees in this event, Safrin and I had thinked a lot for this event. Saprin, he was the chief commitee in this event. We looked around Kaliurang to find the best place for this camp. It's hard because we had to adjust both of the date and the place. But, It's okay, and finally we decided that we'll spent 2 days to camping in Villa Putra Jaya, Kaliurang.
After finding the location. We did the second survey with Azhar, Dimas, and Riris. We sueveyed the route for the outbond. This is the documentation :
Yeag, I got new tame digimon, "Walangmon" |
Mister Ketua Saprin |
TEKKEN 2013 :D , What a foolish imagination |
Saprin, Dimas, Bagus, Riris |
2.Villa Putra Jaya. So simple, so colorful, so beautiful.
This house has a guest room, 2 floors, 3 bedrooms with the toilet inside of, and much colors. Yeah, you can see bright red, yellow, white, black, and purple in one house, all in one, :D .
I like this house because even it's not so big, but it has a pendopo, large yard with full of grass, jungkat-jungkit and ayunan...
3. Seminar with INCULS
Thanks for INCULS FIB who had shared some advices how to be the tutor of INCULS. INCLUS or Indonesian Language and Culture Learning Service is an institution in UGM which concentrate to teach Indonesian language for foreign students. We hope that most of ranger will be the next tutor in INCULS, it's a great pride if you can teach our language and share about our culture with friends from other country. You're somebody who will be the ambassador of Indonesia !
1 4. We
introduced each other with play some games
5. It's selo time...
6. Games and Discussion
7. BBQ
Competition and Singing Together
Sepulang dari Jumatan, 2 minggu lalu, ada satu kejadian yang benar-benar membuat saya ingin menuliskannya di blog ini. Kejadian ini berawal saat saya baru selesai jumatan di Masjid Kampus UGM. Saat hendak keluar dari masjid, saya menemukan tumpukan koran yang dijual oleh pihak maskam. Judul koran itu adalah “SUARA ISLAM”.
Hal yang membuat saya begitu terkejut adalah topik utama dalam koran tersebut. Topik utama dalam koran ini adalah “BAHAYA AHOK, JAKARTA BUKAN KOTA CINA”. Lantas, saya begitu kaget melihat koran yang dari judulnya “SUARA ISLAM”, namun topik utamanya terdengar penuh provokasi.
Meskipun dari awal saya sudah merasa ada yang tidak beres dengan koran ini, namun saya berpikir kalau saya harus melihat dulu isinya, karena banyak orang berkata “Don’t judge the book by the cover”. Saya pun membeli koran dengan harga 3000an ini.
Baru saja saya membuka halaman awal, tepatnya di surat pembaca, ada sebuah surat yang menuliskan tentang kerinduan akan FPI. Isi suratnya kira-kira begini “Saya merindukan adanya ormas FPI di Bojonegoro, kalau ada FPI, mungkin saya orang pertama yang akan bergabung”. 1 point awal ini semakin meyakinkan saya kalau koran ini tidak baik untuk beredar di masyarakat luas. Saya tidak anti FPI, tapi saya tidak suka orang-orang didalamnya yang melakukan kekerasan, menebar kebencian atas nama Islam.
Selanjutnya saya lihat jika ada survey presiden impian di Indonesia. Dan dari beberapa calon yang diantaranya Rhoma Irama, Suryadarma Ali, Habieb Rizieq, Mahfud MD,dsb. Habieb Rizieq memperoleh suara tertinggi, dengan sekitar 350 suara dari sekitar 600 koresponden. Habieb Rizieq jadi presiden?? Nah...
Kemudian saya mencari topik utama yang membahas Ahok. Dan saya heran melihat tulisan yang intinya mengatakan kalau Ahok adalah orang Cina yang tidak pantas menjadi pemimpin di Indonesia. Katanya sudah untung Ahok dan Cina-cina lainnya boleh tinggal di Indonesia, masih saja dia begitu agresif untuk mengatur Jakarta. Bahkan, koran itu menyayangkan sikap penghapusan istilah pribumi dan non-pribumi, maupun keputusan Gus Dur yang memperbolehkan etnis keturunan Tionghoa untuk berkesenian dengan bebas di Indonesia. Tak hanya sampai disitu. Di koran ini juga ada sebuah poster pengajian dengan tema “Geliat kaum minoritas di Indonesia”. Yang isinya saya kira tidak jauh dengan topik bahasan utama di koran ini.
Miris melihat tulisan-tulisan seperti itu yang mengatasnamakan agama saya, Islam. Islam adalah agama yang diturunkan untuk menjadi penerang bagi segala makhluk di dunia ini. Bukan agama yang menganggap salah satu etnis lebih baik dibanding etnis lainnya. Bahkan Islam berlapang dada menerima adanya perbedaan keyakinan di bumi ini. (Jika ingin pakai dalil-dalil, silahkan renungkan Al-Qur'an surat Ar Rum ayat 22 dan Al-Maidah ayat 8).
Nah suara islam yang ini? Jangankan melindungi kaum minoritas, menghormati saja tidak. Malah mencaci-caci, menebar provokasi rasisme. Apakah pantas disebut islam, mereka yang menebar kebencian di muka bumi ini?
Mungkin mereka tidak tahu jika rasisme adalah hal bodoh yang dulu diciptakan kolonial Belanda (Silahkan baca catatan saya “Apakah Saya Cina” >> http://sunriseingnarnia.blogspot.com/2013/12/apakah-saya-cina.html ) . Harusnya mereka yang mengatasnamakan Islam tahu bahwa Islam itu Rahmatan lil Ngalamin, bukan hanya Rahmatan lil Muslimin.
Mencengangkan sekali bagi saya, koran yang isinya menebarkan kebencian semacam ini beredar bebas di Masjid Kampus UGM. Seharusnya pengurus masjid lebih jeli untuk memilah media dakwah seperti apa yang baik untuk dibaca oleh intelektual-intelektual di kampus ini. Atau justru ada dakwah-dakwah semacam ini di sekitar kita? Semoga tidak, amin.
Saya rasa, membeli koran 3000 an ini adalah yang pertama dan terakhir kalinya. Saya sudah tahu isinya, dan tidak akan lanjut untuk membacanya, apalagi menjadi pelanggan.
Jadi saya rasa kita perlu lebih waspada. Jangan sampai kita berada di antara orang-orang yang dibutakan kefanatikan. Fanatik itu ada karena seseorang hanya belajar dan pintar 1 hal, tanpa mau membuka mata untuk hal-hal lain di dunia. Kita perlu menjadi orang yang berwawasan luas dan mau belajar banyak hal. Agar kita tahu, bahwa dunia diciptakan Allah Swt dalam berbagai keberagaman, dan keberagaman ini bukanlah untuk saling memisahkan, namun agar kita satu sama lain saling belajar dari perbedaan-perbedaan yang ada. Semoga kita dihindarkan dari segala kebencian-kebencian di muka bumi ini. Amin
@aribagoez
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
“Teman-teman,
mari kita diskusikan acara yang akan kita gelar besok”, ajak ketua panitia yang
sore itu sedang galau memikirkan acara besarnya. “Ayo, let’s rembug”, jawab
salah satu dari kami bertiga. “Begini, aku ini lagi galau, soalnya tadi ditanya
kakak angkatan, acara besok mau pakai pawang atau enggak...”. Ungkap wanita
yang menjadi ketua panitia ini. Ungkapannya membuat perbedaan pada ekspresi dan
raut wajah kami bertiga. Salah satu dari kami menjawab “kita ini kan orang
muslim, kalau mengundang pawang ya jelas musyrik. Tapi ya gimana lagi kalau
orang-orang memang merasa butuh”. Yang satu lagi menjawab “kalau aku sih lihat
pengalaman, dulu keluargaku nikahan, ada 3 pernikahan yang pernah aku kunjungi.
Yang 2 hujan, padahal sudah memanggil pawang hujan, sedang yang 1nya justru
cerah dan terang benderang, padahal sama sekali nggak pakai pawang. Jadi,
pawang juga belum tentu berhasil.” Kemudian hanya saya yang belum menjawab. Aku
tertawa, kemudian memesan 1 cangkir kopi kepada pelayan, “Pak, kopi kapal api 1
!”. Tawa itu berlanjut hingga akhirnya saya menjawab “Ya, kita perlu pakai
pawang, pawang kita adalah Tuhan”. Kopi pesanan pun datang, saya masih tertawa
kecil ketika harus merubahnya menjadi sekedar senyum kepada pelayan,
“terimakasih pak”.
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Saya
selalu tertawa melihat fenomena pawang hujan ini. Membuat event kemudian
memasrahkan kesuksesannya pada orang yang sebelumnya tidak terlibat sama sekali
dalam prosesnya, haha, ini lucu. Apalagi tugas orang itu paling berbeda
diantara panitia yang lain. Kalau seksi acara tugasnya bikin acara, seksi
konsumsi tugasnya melindungi panitia dari kelaparan, tetapi kalau pawang
tugasnya mengusir hujan. Haha.
Memang,
banyak orang berkata kalau banyak pawang yang terbukti ampuh. Bisa mengusir
hujan, padahal saat itu sedang musim hujan. Tapi permasalahannya, banyak pula
acara yang sudah mengundang pawang, tetapi tetap saja hujan, dan pawangnya yang
disalahkan !!! Nah? Hujan itu kan dari tuhan, kenapa
manusia yang disalahkan atas hujan yang terjadi?
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Budi
dan Ali sedang berbincang tentang perlunya mengundang pawang dalam suatu acara.
Budi : Ali,
sepertinya kita harus memakai pawang di acara besok agar tak ada hujan yang
terjadi
Ali :
Memang kalau pakai pawang pasti tidak hujan Bud?
Budi : Ya
paling tidak kan sudah berusaha
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
1
hari setelah acara (Cerita 1)
Budi : Yah,
Al. Sudah manggil pawang tetap saja hujan. Dasar pawang amatir !
Ali :
Budi. Hujan bukan disebabkan karena fenomena manusia yang melemparkan celana
dalam ke atap rumah, kemudian menamai dirinya sebagai pawang hujan. Hujan itu
anugrah tuhan dari sebuah proses alam. Perhatikan Budi! Air yang ada di bumi
menguap menjadi uap air di langit yang kita beri nama awan, kemudian karena lama
menjadi awan dan mulai jenuh dengan temperatur yang ada di langit, uap air itu berubah kembali menjadi air dan
turun ke bumi. Maka terjadilah hujan.
Budi : Ah
anak sastra saja sok tau soal hujan kau ini Al !
Ali :
Sudah Budi, jangan salahkan manusia atas hujan yang terjadi, itu bodoh Budi
Kemudian
Ali tertawa terbahak-bahak sampai kiamat tiba
CERITA 1 TAMAT
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
1
hari setelah acara (Cerita 2)
Budi : Al.
Beruntung kita memanggil pawang ! Akhirnya tidak hujan kan !
Ali : Memang kalau nggak manggil pawang pasti
hujan ya Bud?
Kemudian
Ali tertawa terbahak-bahak sampai kiamat tiba
CERITA 2 TAMAT
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Dari
2 cerita diatas, pesan sebenarnya adalah “Sedia Payung Sebelum Hujan”. Ya,
memang sesederhana itu. Maksudnya, ketika kita bikin acara, kita harus mencari
solusi-solusi yang nyata jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Jika
banyak yang belum tau acara kita, solusinya adalah menggencarkan publikasi.
Jika perijinan tempat belum keluar, maka segera kirimkan team humas untuk memfixkan.
Jika hujan, solusinya adalah siapkan tenda, siapkan lokasi alternatif, dsb.
Bukan malah mempercayakan pada pawang.
Pesugihan
babi ngepet biar cepat kaya, pergi ke dukun agar dapat wanita cantik, atau
mengundang pawang agar tidak hujan. Hal-hal tersebut hanya dilakukan manusia
yang mau gampangnya saja.
Manusia
menjadi makhluk yang diberi kelebihan oleh tuhan yaitu kemampuan untuk
berpikir. Manusia menjadi manusia karena ia bisa berpikir. Maka jangan sampai
karena suatu keinginan, kita jadi lupa anugrah yang telah diberikan tuhan
tersebut dan rela meninggalkan sisi kemanusiaan kita.
Selama
kita masih punya tuhan, hati, dan otak untuk berpikir, segala sesuatu pasti
ada jalannya. Maka, untuk apa panggil pawang hujan? Pawang saya adalah Tuhan.
@aribagoez
Hy guys, how are you? I hope that you're all good and cheerful as always.
By the way, thanks for being the part of my life and my family. Sometimes, I miss the moment which we have spent together in this year, So, I really hope we'll have a time to gather again. Although I've been moved to the other klaster, (haha, damn!) I think that we're still a family like a first time when we were formed.
I've uploaded some photos in our last PPSMB 2013 day. You can download it if you want. :) , please comment, and for everyone who has a blog, please share it with me.