Suara Islam? Islam tidak Rasis !

Sepulang dari Jumatan, 2 minggu lalu, ada satu kejadian yang benar-benar membuat saya ingin menuliskannya di blog ini. Kejadian ini berawal saat saya baru selesai jumatan di Masjid Kampus UGM. Saat hendak keluar dari masjid, saya menemukan tumpukan koran yang dijual oleh pihak maskam. Judul koran itu adalah “SUARA ISLAM”.


Hal yang membuat saya begitu terkejut adalah topik utama dalam koran tersebut. Topik utama dalam koran ini adalah “BAHAYA AHOK, JAKARTA BUKAN KOTA CINA”. Lantas, saya begitu kaget melihat koran yang dari judulnya “SUARA ISLAM”, namun topik utamanya terdengar penuh provokasi. 


Meskipun dari awal saya sudah merasa ada yang tidak beres dengan koran ini, namun saya berpikir kalau saya harus melihat dulu isinya, karena banyak orang berkata “Don’t judge the book by the cover”. Saya pun membeli koran dengan harga 3000an ini.


Baru saja saya membuka halaman awal, tepatnya di surat pembaca, ada sebuah surat yang menuliskan tentang kerinduan akan FPI. Isi suratnya kira-kira begini “Saya merindukan adanya ormas FPI di Bojonegoro, kalau ada FPI, mungkin saya orang pertama yang akan bergabung”. 1 point awal ini semakin meyakinkan saya kalau koran ini tidak baik untuk beredar di masyarakat luas. Saya tidak anti FPI, tapi saya tidak suka orang-orang didalamnya yang melakukan kekerasan, menebar kebencian atas nama Islam.


Selanjutnya saya lihat jika ada survey presiden impian di Indonesia. Dan dari beberapa calon yang diantaranya Rhoma Irama, Suryadarma Ali, Habieb Rizieq, Mahfud MD,dsb. Habieb Rizieq memperoleh suara tertinggi, dengan sekitar 350 suara dari sekitar 600 koresponden. Habieb Rizieq jadi presiden?? Nah...

Kemudian saya mencari topik utama yang membahas Ahok. Dan saya heran melihat tulisan yang intinya mengatakan kalau Ahok adalah orang Cina yang tidak pantas menjadi pemimpin di Indonesia. Katanya sudah untung Ahok dan Cina-cina lainnya boleh tinggal di Indonesia, masih saja dia begitu agresif untuk mengatur Jakarta. Bahkan, koran itu menyayangkan sikap penghapusan istilah pribumi dan non-pribumi, maupun keputusan Gus Dur yang memperbolehkan etnis keturunan Tionghoa untuk berkesenian dengan bebas di Indonesia. Tak hanya sampai disitu. Di koran ini juga ada sebuah poster pengajian dengan tema “Geliat kaum minoritas di Indonesia”. Yang isinya saya kira tidak jauh dengan topik bahasan utama di koran ini.


Miris melihat tulisan-tulisan seperti itu yang mengatasnamakan agama saya, Islam. Islam adalah agama yang diturunkan untuk menjadi penerang bagi segala makhluk di dunia ini. Bukan agama yang menganggap salah satu etnis lebih baik dibanding etnis lainnya. Bahkan Islam berlapang dada menerima adanya perbedaan keyakinan di bumi ini. (Jika ingin pakai dalil-dalil, silahkan renungkan Al-Qur'an surat Ar Rum ayat 22 dan Al-Maidah ayat 8).


Nah suara islam yang ini? Jangankan melindungi kaum minoritas, menghormati saja tidak. Malah mencaci-caci, menebar provokasi rasisme. Apakah pantas disebut islam, mereka yang menebar kebencian di muka bumi ini?

Mungkin mereka tidak tahu jika rasisme adalah hal bodoh yang dulu diciptakan kolonial Belanda (Silahkan baca catatan saya “Apakah Saya Cina” >> http://sunriseingnarnia.blogspot.com/2013/12/apakah-saya-cina.html ) . Harusnya mereka yang mengatasnamakan Islam tahu bahwa Islam itu Rahmatan lil Ngalamin, bukan hanya Rahmatan lil Muslimin. 

Mencengangkan sekali bagi saya, koran yang isinya menebarkan kebencian semacam ini beredar bebas di Masjid Kampus UGM. Seharusnya pengurus masjid lebih jeli untuk memilah media dakwah seperti apa yang baik untuk dibaca oleh intelektual-intelektual di kampus ini. Atau justru ada dakwah-dakwah semacam ini di sekitar kita? Semoga tidak, amin.

Saya rasa, membeli koran 3000 an ini adalah yang pertama dan terakhir kalinya. Saya sudah tahu isinya, dan tidak akan lanjut untuk membacanya, apalagi menjadi pelanggan.


Jadi saya rasa kita perlu lebih waspada. Jangan sampai kita berada di antara orang-orang yang dibutakan kefanatikan. Fanatik itu ada karena seseorang hanya belajar dan pintar 1 hal, tanpa mau membuka mata untuk hal-hal lain di dunia. Kita perlu menjadi orang yang berwawasan luas dan mau belajar banyak hal. Agar kita tahu, bahwa dunia diciptakan Allah Swt dalam berbagai keberagaman, dan keberagaman ini bukanlah untuk saling memisahkan, namun agar kita satu sama lain saling belajar dari perbedaan-perbedaan yang ada. Semoga kita dihindarkan dari segala kebencian-kebencian di muka bumi ini. Amin


@aribagoez

-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Share:

0 komentar