Manrabuka, Sapa Pawangmu?
“Teman-teman,
mari kita diskusikan acara yang akan kita gelar besok”, ajak ketua panitia yang
sore itu sedang galau memikirkan acara besarnya. “Ayo, let’s rembug”, jawab
salah satu dari kami bertiga. “Begini, aku ini lagi galau, soalnya tadi ditanya
kakak angkatan, acara besok mau pakai pawang atau enggak...”. Ungkap wanita
yang menjadi ketua panitia ini. Ungkapannya membuat perbedaan pada ekspresi dan
raut wajah kami bertiga. Salah satu dari kami menjawab “kita ini kan orang
muslim, kalau mengundang pawang ya jelas musyrik. Tapi ya gimana lagi kalau
orang-orang memang merasa butuh”. Yang satu lagi menjawab “kalau aku sih lihat
pengalaman, dulu keluargaku nikahan, ada 3 pernikahan yang pernah aku kunjungi.
Yang 2 hujan, padahal sudah memanggil pawang hujan, sedang yang 1nya justru
cerah dan terang benderang, padahal sama sekali nggak pakai pawang. Jadi,
pawang juga belum tentu berhasil.” Kemudian hanya saya yang belum menjawab. Aku
tertawa, kemudian memesan 1 cangkir kopi kepada pelayan, “Pak, kopi kapal api 1
!”. Tawa itu berlanjut hingga akhirnya saya menjawab “Ya, kita perlu pakai
pawang, pawang kita adalah Tuhan”. Kopi pesanan pun datang, saya masih tertawa
kecil ketika harus merubahnya menjadi sekedar senyum kepada pelayan,
“terimakasih pak”.
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Saya
selalu tertawa melihat fenomena pawang hujan ini. Membuat event kemudian
memasrahkan kesuksesannya pada orang yang sebelumnya tidak terlibat sama sekali
dalam prosesnya, haha, ini lucu. Apalagi tugas orang itu paling berbeda
diantara panitia yang lain. Kalau seksi acara tugasnya bikin acara, seksi
konsumsi tugasnya melindungi panitia dari kelaparan, tetapi kalau pawang
tugasnya mengusir hujan. Haha.
Memang,
banyak orang berkata kalau banyak pawang yang terbukti ampuh. Bisa mengusir
hujan, padahal saat itu sedang musim hujan. Tapi permasalahannya, banyak pula
acara yang sudah mengundang pawang, tetapi tetap saja hujan, dan pawangnya yang
disalahkan !!! Nah? Hujan itu kan dari tuhan, kenapa
manusia yang disalahkan atas hujan yang terjadi?
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Budi
dan Ali sedang berbincang tentang perlunya mengundang pawang dalam suatu acara.
Budi : Ali,
sepertinya kita harus memakai pawang di acara besok agar tak ada hujan yang
terjadi
Ali :
Memang kalau pakai pawang pasti tidak hujan Bud?
Budi : Ya
paling tidak kan sudah berusaha
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
1
hari setelah acara (Cerita 1)
Budi : Yah,
Al. Sudah manggil pawang tetap saja hujan. Dasar pawang amatir !
Ali :
Budi. Hujan bukan disebabkan karena fenomena manusia yang melemparkan celana
dalam ke atap rumah, kemudian menamai dirinya sebagai pawang hujan. Hujan itu
anugrah tuhan dari sebuah proses alam. Perhatikan Budi! Air yang ada di bumi
menguap menjadi uap air di langit yang kita beri nama awan, kemudian karena lama
menjadi awan dan mulai jenuh dengan temperatur yang ada di langit, uap air itu berubah kembali menjadi air dan
turun ke bumi. Maka terjadilah hujan.
Budi : Ah
anak sastra saja sok tau soal hujan kau ini Al !
Ali :
Sudah Budi, jangan salahkan manusia atas hujan yang terjadi, itu bodoh Budi
Kemudian
Ali tertawa terbahak-bahak sampai kiamat tiba
CERITA 1 TAMAT
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
1
hari setelah acara (Cerita 2)
Budi : Al.
Beruntung kita memanggil pawang ! Akhirnya tidak hujan kan !
Ali : Memang kalau nggak manggil pawang pasti
hujan ya Bud?
Kemudian
Ali tertawa terbahak-bahak sampai kiamat tiba
CERITA 2 TAMAT
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Dari
2 cerita diatas, pesan sebenarnya adalah “Sedia Payung Sebelum Hujan”. Ya,
memang sesederhana itu. Maksudnya, ketika kita bikin acara, kita harus mencari
solusi-solusi yang nyata jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Jika
banyak yang belum tau acara kita, solusinya adalah menggencarkan publikasi.
Jika perijinan tempat belum keluar, maka segera kirimkan team humas untuk memfixkan.
Jika hujan, solusinya adalah siapkan tenda, siapkan lokasi alternatif, dsb.
Bukan malah mempercayakan pada pawang.
Pesugihan
babi ngepet biar cepat kaya, pergi ke dukun agar dapat wanita cantik, atau
mengundang pawang agar tidak hujan. Hal-hal tersebut hanya dilakukan manusia
yang mau gampangnya saja.
Manusia
menjadi makhluk yang diberi kelebihan oleh tuhan yaitu kemampuan untuk
berpikir. Manusia menjadi manusia karena ia bisa berpikir. Maka jangan sampai
karena suatu keinginan, kita jadi lupa anugrah yang telah diberikan tuhan
tersebut dan rela meninggalkan sisi kemanusiaan kita.
Selama
kita masih punya tuhan, hati, dan otak untuk berpikir, segala sesuatu pasti
ada jalannya. Maka, untuk apa panggil pawang hujan? Pawang saya adalah Tuhan.
@aribagoez
0 komentar