Kalian Tahu Kan? #HapuskanUN1
Pendidikan sejatinya adalah untuk mempertajam pikiran dan memperhalus
perasaan – Tan Malaka
Membaca quote diatas, akhirnya
saya mendapat inspirasi untuk menuliskan kegelisahan yang sudah lama saya
rasakan, yaitu tentang pendidikan di Indonesia.
Hal utama yang menjadi
kegelisahan saya adalah Ujian Nasional atau UN. Jika saya bertemu secara
langsung dengan mendikbud, hal pertama yang ingin saya tanyakan adalah “Kapan
UN dihapuskan?”
Pertanyaan saya ini bukan tanpa
alasan. 3 tahun sekolah, nasib lulus atau tidak ditentukan dalam 4 hari. Program sekolah pun akhirnya berorientasi pada bagaimana cara mengerjakan soal UN. Pembelajaran disini tidak menuntut siswa memahami konsep, namun menuntut siswa untuk pintar menghafal. Saya rasa pendidikan di Indonesia sekarang ini lebih mengutamakan hasil ketimbang proses. Sehingga kata bung @kreshna , siswa kita banyak studying, tapi sedikit learning.
Jangan melulu salahkan KPK kalau kasus korupsi tak kunjung
berkurang, namun salahkan sistem pendidikan kita yang memang secara tidak
langsung membentuk mental-mental korupsi.
Saat ini, mencontek, membeli
kunci jawaban pada mafia UN, seolah sudah menjadi kebiasaan yang sangat
dimaklumi oleh banyak siswa. Bahkan banyak kasus dimana sekolah terlibat dalam
menyebarkan kunci jawaban kepada siswa.
Hal ini dikarenakan, hampir di
sekolah siswa dituntut berlebihan agar bisa lulus dalam UN entah bagaimanapun
caranya. Tuntutan ini benar-benar menekan bagi setiap siswa. Tak hanya datang
dari pihak sekolah, namun juga orangtua, bahkan masyarakat. Siswa yang tidak
lulus dianggap membuat malu sekolah dan bahkan keluarga. Akibatnya, siswa jadi
menghalalkan segala cara untuk dapat lulus dari UN. “Daripada bikin malu
orangtua?” . Alasannya.
Nah, kenapa tidak diajarkan “Lebih
baik nilai pas-pasan tapi jujur daripada nilai tinggi tapi curang”. Kenapa tak
pernah ada motivasi semacam ini dari sekolah?
Kenapa yang berlaku “Gapapa
nyontek, asal tidak ketahuan” , hal ini sama saja mengamini “gapapa korupsi,
asal tidak ketahuan” , “gapapa
selingkuh, asal pacar tidak tahu”. Lho???
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Saya yakin, Pak Guru, Bu Guru, banyak diantara mereka yang sebenarnya tahu kalau ada kecurangan-kecurangan di sekolahnya. Mereka sadar, melek. Namun memilih diam. Banyak yang justru dengan bangga berkoar di moment perpisahan “SELAMAT ANDA LULUS 100%” !!! Mereka bangga dengan hasil, namun hati mereka berkata “Saya gagal, sebagai guru saya gagal”. Mereka gagal mewujudkan cita-cita Tan Malaka bahwa pendidikan sejatinya adalah untuk mempertajam pikiran dan memperhalus perasaan.
Saya yakin, Pak Guru, Bu Guru, banyak diantara mereka yang sebenarnya tahu kalau ada kecurangan-kecurangan di sekolahnya. Mereka sadar, melek. Namun memilih diam. Banyak yang justru dengan bangga berkoar di moment perpisahan “SELAMAT ANDA LULUS 100%” !!! Mereka bangga dengan hasil, namun hati mereka berkata “Saya gagal, sebagai guru saya gagal”. Mereka gagal mewujudkan cita-cita Tan Malaka bahwa pendidikan sejatinya adalah untuk mempertajam pikiran dan memperhalus perasaan.
Pak Menteri. Saya lebih yakin,
anda tahu kalau UN itu ajangnya mafia kunci jawaban untuk cari untung
sebanyak-banyaknya. Seharusnya anggaran 600 milyar untuk UN bisa digunakan
untuk hal lain yang lebih bermanfaat, bukan untuk berternak bibit-bit koruptor
kelas unggul.
Kalian Tahu Kan???
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Inspired by :@kreshna @revolutia
Inspired by :
0 komentar