Calon Hokage?

Tulisan ini sebenarnya saya tulis pada hari Minggu, tanggal 21. Sayangnya kemarin saya masih di kampung, sehingga belum bisa mengunggah tulisan ini ke blog. Maklum, saya tinggal di desa yang jaraknya sekitar 10 km dari warnet terdekat. Hehe.

Sebelumnya perkenalkan, nama saya Ari Bagus Panuntun, dan panggilan saya Bagus. Saat ini saya kuliah jurusan sastra Prancis 2012. Asli Wonosobo, Jawa Tengah.

Pada kesempatan kali ini, saya ingin menuliskan beberapa hal yang kemudian membuat saya memilih untuk mencalonkan diri sebagai Hokage Lembaga Eksekutif Mahasiswa FIB UGM.

Saya akan bercerita dulu tentang LEM. Saya telah bergabung dengan LEM sejak semester awal saya kuliah. Saat itu LEM masih dipimpin mbak Pipit, dan saat itu saya sangat salut pada beliau karena sebagai seorang wanita, dia berani memimpin FIB yang begitu beragam.

Tahun berikutnya saat kemudian Mbak Pipit turun dan digantikan oleh Bang Jack, saya juga masih ikut LEM dan saat itu dipercaya menjadi wakil menteri divisi Minat dan Bakat LEM. Saat itu saya membantu Mas Arya (Sasindo 2010) di divisi Mikat dan Alhamdulillah waktu satu tahun bekerja bersama Mas Arya dan Bang Jack terasa sangat menyenangkan dan saya banyak mendapatkan pelajaran dari sana. Mulai dari Etnika Fest yang sangat keren, Sekoteng yang cukup ramai (terutama pas stand up night), sampai event terakhir Mikat yaitu Inaugurasi 2013 “Zaman Cilik” yang menyuguhkan 11 penampilan hebat dari 11 jurusan.

Kirab Inaugurasi 2013
Sekoteng

Bagaimanapun bekerja di LEM sangat menyenangkan. Dan sampai Mas Ahsan menjadi ketua LEM 2014 pun saya masih terdaftar resmi sebagai anggota LEM. Akan tetapi tahun 2014 ini saya tidak begitu aktif seperti tahun sebelumnya. Ada dua alasan. Yang pertama saya lebih sibuk mengurus FIBER (FIB English Ranger) yang saat itu saya dirikan bersama teman-teman pada tanggal 17 September 2013 dan saya diamanahi menjadi ketua pertama di English Club ini. Sebagai organisasi yang masih baru dan belum mapan, saya pun konsen memimpin BSO baru ini dengan harapan bahwa FIBER tidak bubar dan masih bisa melaksanakan program-program kerjanya. Puji Tuhan, Sang Hyang Wenang, bantuan teman-teman membuat FIBER tetap melaksanakan diskusi bahasa Inggris mingguan hingga saat ini. Selain sangat konsen di FIBER, saya juga aktif di HMSP(Himpunan Mahasiswa Studi Prancis) dan pada tahun 2014 ini saya dipercaya menjadi ketua acara tahunan HMSP, C’est La FĂȘte. Berkat acara CLF, akhirnya saya bisa menonton secara live band yang sangat unik dan keren, yaitu The Trees and the Wild.

Kesibukan saya di FIBER dan HMSP membuat saya tidak begitu aktif d LEM. Alhasil banyak hal yang ingin saya wujudkan di LEM, tapi sampai hari ini masih hanya sekedar angan-angan. Beberapa hal tersebut antara lain keiginan untuk mengadakan diskusi rutin antar mahasiswa S1 di FIB. Diskusi, kegiatan yang kami lakukan setiap satu minggu sekali di FIBER menurut saya adalah hal yang sangat berguna jika kita biasa melakukannya. Diskusi harusnya menjadi budaya yang selalu kita lakukan setiap hari. Tidakkah kita lelah dengan kultur debat yang hampir saban hari kita lihat sedangkan diskusi menjadi hal yang sangat jarang kita temui? Tujuan debat adalah mencari winner, yang otomatis juga menemukan looser. Berbeda dengan diskusi. Dengan diskusi kita mencoba bersama menemukan win-win solution. Maka sudah seharusnya kultur diskusi harus dibangkitkan di Fakultas Ilmu Budaya ini, untuk melatih akal dan hati kita agar makin peka dan kritis, juga solutif.

Sebenarnya, saya sudah pernah menyarankan hal ini kepada menteri Kajian Keilmuan. Hanya saja, mungkin karena alasan tertentu, diskusi rutin ini belum bisa dilaksanakan sampai sekarang. Untuk itu, pada tahun 2015 saya ingin agar FIB memiliki diskusi rutin yang bisa diikuti oleh siapapun masyarakat Fakultas Ilmu Budaya.

Diskusi yang sampai hari ini masih direncanakan bernama LKS atau Lesehan Kamis Sore ini (namanya sangat tidak filosofis) akan mengundang pembicara dari mahasiswa-mahasiswa S1. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar kita sebagai mahasiswa S1 juga bisa berbagi ilmu dan berbagi pengalaman, karena selama ini diskusi-diskusi rutin di FIB seperti Weekly Forum hanya memberi kesempatan kepada mereka yang sudah benar-benar ahli untuk menjadi pembicara. Sedangkan sebenarnya, kami mahasiswa S1 juga banyak yang melakukan penelitian, dan sampai hari ini hasilnya masih belum diketahui oleh banyak orang, kecuali mungkin dosen pembimbingnya. Untuk itu, diskusi ini akan mengundang banyak teman-teman S1 FIB untuk  membicarakan isu-isu kebudayaan atau sastra. Lalu, biarlah acara ini jadi seperti acara Kenduri Cinta nya Cak Nun, dimana diskusi berjalan dengan santai, lesehan, dan siapapun boleh saling menanggapi.

Selain keresahan tentang kultur diskusi di FIB yang sangat kering. Saya juga merasa bahwa selama ini acara-acara HMJ BSO masih belum terkordinasi dengan baik. Hal-hal seperti banyaknya acara yang saling bertabrakan (contohnya tahun ini acara C’est La FĂȘte Sastra Prancis bertabrakan dengan acara History Week Sejarah) adalah bukti bahwa banyak hal yang telat didiskusikan antar HMJ BSO. Untuk itu, menurut saya forum FIB kedepannya harus membicarakan secepat mungkin mengenai waktu pelaksanaan event-event besar di FIB. Kalau bisa di bulan Februari (nanti deadline akan kita bahas bersama), semua HMJ BSO sudah bisa memberi kepastian kapan acara besar mereka akan dilaksanakan. Untuk itu, LEM perlu menjadi penengah dalam forum ini. Toh dengan semakin cepatnya tanggal acara besar ditentukan, teman-teman HMJ BSO juga bisa memiliki waktu yang lebih lama dalam mempersiapkan acaranya. Dan jadinya, acara-acara kita akan semakin terkonsep dan tidak ada lagi event buang-buang duit di akhir tahun. :)

Satu masalah lagi yang perlu bersama-sama kita bahas sambil ngopi bersama adalah mengapa selama ini acara HMJ BSO masih belum dirasa sebagai “acaranya FIB”. Sebagian besar anak FIB belum tahu pengajian KMIB dilaksanakan hari apa, masih banyak pula yang belum tahu apakah kita bisa ikut diskusi filmnya Saskine atau tidak. Hal ini karena sifat eksklusifitas masing-masing HMJ BSO masih terlalu besar. Maka, kedepannya, LEM akan mencatat setiap acara rutin HMJ BSO, dan ikut mempublikasikan acara ini baik melalui web LEM, twitter @apakabarFIB, atau media-media sosial lain. Program-program rutin yang jumlahnya cukup banyak ini akan dipromosikan dengan satu hashtag yaitu #FIBWangun. Program ini boleh saja jika dikatakan sebagai program pencitraan, #FIBWangun memang akan dijadikan tagline yang disebarkan oleh LEM di berbagai ruang publik. Akan tetapi, lebih dari sekedar pencitraan, wacana #FIBWangun dibentuk agar masyarakat FIB merasa bahwa setiap event yang ada di FIB adalah event milik bersama. Pengajian bukan milik KMIB saja, tapi milik FIB. Rabu Senja bukan acara Lincak saja, tapi FIB. Berikutnya akan muncul kebanggaan dari seluruh masyarakat FIB bahwa Fakultas yang sering dipandang sebelah mata ini ternyata adalah fakultas yang sangat produktif dalam berkarya.

By: Anasniamz

Berikutnya, sebagian besar program kerja yang ingin saya kerjakan adalah melanjutkan program-program kerja dari LEM tahun-tahun sebelumnya. Sebagian besar program tersebut bisa dibaca di poster yang saya unggah di bawah. Beberapa program kerja baru juga sudah disiapkan seperti A24, JAB, dan LKS yang sudah dijelaskan diatas.

Ah iya, ingin menambahkan, saat ini FIB punya puluhan mading, tapi sayangnya mading berisi poster promosi acara lebih banyak daripada karya mahasiswanya. Untuk itu, saya ingin LEM 2015 mengurus sistem mading agar lebih teratur. Di tempat-tempat strategis seperti Plaza Gedung C, Jembatan Budaya, akan dipasang mading yang berisi khusus karya-karya mahasiswa FIB. Media akan memiliki email khusus yang siap menerima tulisan-tulisan, atau artikel-artikel dari mahasiswa FIB. Semoga dengan begini, kultur menulis di FIB akan semakin membaik.
  
Selebihnya, untuk kepastian program kerja apa saja yang akan dilaksanakan, baru akan dipastikan setelah kabinet terbentuk. Ya, jika Sang Hyang Wenang meridhoi saya untuk menjadi Hokage LEM FIB 2015.


Share:

0 komentar