SIKAAAK KABEEH ! #Part2, Preman Berseragam
Saya lupa siapa saja nama mereka.
Padahal saya sempat baca nama yang terpampang jelas di seragam kebanggannya. Sempat saya ingat-ingat pula.
Mereka polisi. Tapi seperti
kebanyakan polisi yang saya temui. Mereka tidak bisa seperti polisi tidur yang
bisa mencegah tabrakan motor di jalan-jalan kampung. Atau setidaknya seperti
jangkrik polisi (serius, ini salah satu jenis jangkrik), yang bisa menghibur
anak-anak kecil. Paling tidak memberi anak-anak semangat untuk menggunakan
waktu senggangnya pergi ke hutan. Berburu jangkrik. Kalau dapat jlitheng atau
jlabrang, mari buatkan kandang. Kalau jangkrik polisi, kita kasih untuk burung
di kandang.
Ini cerita tentang pengalaman
saya setengah tahun lalu di Jakarta. Kisah yang terlalu banyak pisuhan.
Bukan kisah cinta kok.
Kejadiannya terjadi di stasiun
Pasar Senen. Bulan puasa waktu saya baru saja dipalak preman pasar senen jam
dua pagi. Kejadiannya sudah saya tuliskan disini >>> SIKAAAK KABEEH ! #Part1
Beberapa menit setelah kami
berhasil mencapai kesepakatan dengan preman itu. Ya, saya dan Lukman harus
memberikan 240.000 rupiah untuk uang rokok mereka. Haha.. Kami segera kembali
ke stasiun Pasar Senen. Masuk lagi ke area stasiun. Waktu itu masih ramai sekali
didalam stasiun. Banyak orang mau pulang
kampung yang terpaksa tidur di dalam agar tak ketinggalan kereta yang berangkat
pagi-pagi.
Tujuan kami masuk ke stasiun
adalah untuk melaporkan kejadian tadi pada polisi. Berharap polisi bisa melakukan
patroli lebih ketat. Jujur saja, kami takut kalau kejadian yang menimpa kami
juga terjadi dengan orang lain.
Setelah masuk kembali di pintu
stasiun, ternyata benar, ada 2 orang polisi yang sedang berjaga di situ. Segera
kami menemuinya.
“Pak, kami mau laporan pak. Kami
baru saja dipalak preman. Tempatnya nggak jauh dari sini pak. Sekitar 200 meter
dikiri stasiun”. Saya pun mencoba menceritakan kejadiannya, bahwa saat itu saya
dan Lukman niatnya mau cari makan. Eh, di tengah jalan malah dicegat preman.
Dan sebenarnya disitu juga banyak orang. Mungkin ada lebih dari 50 tukang ojek
dan tukang taksi yang berada sekitar 100 meter dari TKP. Tapi yang terjadi
mereka malah diam saja.
Berharap polisi akan mencatat
tentang cerita yang sudah saya sampaikan. Ia malah menjawab dengan nada yang
sengak “Nah kalian, di dalam stasiun ada yang jual makanan juga. Malah keluar.
Kalian goblok sih. Tolol.”
Astaghfirullahhaladzim (setelah
di tulisan pertama banyak misuh, saiki ganti style)... Ya iya sih pak, kami
goblok sebenarnya. Belum tahu sama sekali seperti apa Jakarta, dan kami
jalan-jalan dengan santainya jam dua pagi. Tapi kowe polisi, cuk ! Yo nggak
ngono lo...
Polisi yang katanya melayani,
malah nyalah-nyalahke korban tok. Wis korban lo masalahe... Asu ra? :D (misuh
meneh)
Skip..
Disitu ada dua polisi waktu itu.
Ketika polisi yang pertama malah hanya bisa menyalah-nyalahkan. Satu polisi
yang lain malah menyuruh kami masuk ke mobilnya. Saya pun masuk ke mobil polisi
untuk pertama kalinya. Didalam kami diintrogasi tentang banyak hal. Mau apa di
Jakarta, dimana peristiwanya, apa motivasi ikut OSIS (yang ini tidak).
Kami pun diajak keliling area
sekitar pasar Senen, dan disuruh bilang kepada dua polisi tersebut barangkali
melihat preman yang tadi malak kami. Tapi ditengah perjalanan ada fakta
mengejutkan yang kami lihat. Seorang yang sepertinya sopir taxi, atau ojek,
atau entahlah, tiba-tiba minta mobil polisi berhenti. Lelaki yang kira-kira
umurnya hampir 40 ini tiba-tiba menyerahkan satu genggam uang pada polisi yang
satu mobil dengan saya.
Disini ada beberapa keanehan.
Yang pertama, uang yang diserahkan kepada polisi tadi tidak ditata dengan rapi.
Asal tumpuk, dan disitu ada uang seratusan ribu, dua puluhan, seribuan, lima
ribuan, yang asal dicampur, tanpa ada penataan yang rapi sedikitpun. Kelihatan bahwa uang tadi tidak sempat
dihitung terlebih dahulu.
Keanehan yang kedua adalah,
setelah polisi menerima uang tersebut, ia hanya bilang terimakasih tanpa
memberikan kwitansi, nota, atau catatan apapun kepada bapak-bapak tadi.
Pertanyaannya.... Uang apakah
itu??? Darimana asalnya? Untuk apa diberikan pada polisi??
Jancuk atau tidak???
Bro... Jakarta parah bro. Kalau
lembaga yang bertugas menjaga ketertiban saja sudah tidak bisa dipercaya, nah
kita mau minta tolong ke siapa??
Setelah melihat kejadian tadi,
sebenarnya kami sangat khawatir kalau-kalau malah terjadi apa-apa. Patroli yang
saya harap bisa membuat saya lebih tenang, ternyata membuat saya kepikiran yang
tidak-tidak.
Ah, untunglah pikiran yang saya
saat itu cukup lebay tidak kejadian. Kami bisa kembali dengan selamat meskipun patroli yang dilakukan polisi tadi sungguh
ra niat. Kami Cuma diajak menyusuri area sekitar 500 meter di sekitar stasiun.
Ya jelas premannya sudah pergi. Ya jelas kita nggak menemukan preman-preman
lain yang berkeliaran.
Begitu sampai didepan pintu
stasiun, kami langsung minta diturunkan. Tanpa ada catatan laporan, tanpa ada
pelayanan yang jelas, polisi tadi segera pergi dengan uang yang tadi
diterimanya...
Kanggo kanca-kanca, cah-cah, sing
luwih ngati-ati yo nek lungo dolan nang Jakarta. Parah bro..
Semoga cerita pengalaman ini rada
berguna untuk kita semua..
Ati-ati. Ada preman berseragam. Sikaaakkk...
0 komentar