Moga Selfie-mu Berkah, Tong...
2 hari lalu timeline Twitter
heboh dengan kultwitnya @felixsiauw tentang #selfie.
Lagi-lagi ustadz satu ini bikin
kehebohan dengan pernyataan tentang haramnya selfie. Tentu ini bukan pertama
kalinya ia membuat fatwa haram-halalnya suatu hal. Sebelumnya ia pernah
berfatwa bahwa membeli VCD DVD bajakan hukumnya halal, disisi lain ia pernah
mengeluarkan fatwa bahwa nasionalisme juga haram dan sebaiknya orang Indonesia
mendukung terbentuknya negara khilafah untuk menggantikan demokrasi, Pancasila,
juga UUD 1945.
Bagi saya, sudah bukan hal yang
mengagetkan melihat ustadz-ustadz di Indonesia mengeluarkan dalil halal-haram
semaunya sendiri. Tanpa rujukan yang kuat dan tanpa kajian konteks yang teliti,
ustadz-ustadz ini menggelontorkan fatwa yang seringkali tidak berbobot, bahkan
ngawur. Karena saking seringnya, fatwa-fatwa dangkal semacam ini sudah tidak
mengagetkan lagi bagi saya. Sama ketika saya mendengar info kalau Syahrini
membuat video selo macam maju-mundur
cantik, atau ketika mendengar Balloteli bikin ulah di klub barunya. Sama sekali
tidak mengagetkan. Wong udah
kebiasaannya gitu.
Hanya saja nggak habis pikir saja
sama beliau, sudah mengharamkan Pancasila, Nasionalisme, dan UUD 1945, sekarang
selfie juga diharamkan. Bayangkan kalau negara khilafah keinginannya terwujud,
mungkin akan ada 1000 fatwa-fatwa haram baru yang makin menghebohkan.
Khawatirnya, lama-lama mendengarkan Greenday juga diharamkan, wong nggak ada dalilnya kok, hehe...
Kita ini kan mau nggak mau punya
utang rasa sama para founding father-nya
Indonesia, mungkin dulu kalau nggak karena perjuangannya Soekarno, Sudirman,
dkk ya simbah-simbah kita akan
terus jadi pekerja romusha sampai sekarang, kok ya bisa si Ustadz mengajak kita
untuk meninggalkan Pancasila, idelogi yang diperjuangkannya. Kok ya bisa
sekarang juga mengharamkan selfie sebagai bentuk dari suatu kemerdekaan?
(opooo...)
Di dunia
ini baik dan buruk tergantung konteksnya. Macam jadi pelacur saja, seseorang
bisa dapat pahala kok kalau alasannya jelas (misal, untuk membayar biaya rumah
sakit ibunya yang sangat mahal). Saya sangat yakin akan hal itu.
Apalagi hal-hal macam selfie.
Haram? Halal?
Ya tergantung.
Kalau niat dalam hati untuk
berbagi cerita dan pengalaman, apalagi untuk membahagiakan orang, ya saya yakin
dapat pahala. Misal, kamu ke Paris, terus kamu selfie di depan Eiffel untuk
ditunjukkan ke orangtuamu, kalau niatmu ingin orang tuamu merasa bangga dan
gembira ya besar kemungkinan selfiemu akan mendatangkan pahala.
Dengan contoh yang sama, misal
kamu foto di depan Eiffel tapi niatmu sekedar untuk pamer saja biar orang-orang
menganggapmu lebih superior, ya mungkin kamu akan dapat dosa.
Niat adalah pondasi dari segala
hal yang kita lakukan. Siapa yang tahu apakah niat kita baik atau buruk? Ya
hanya Sang Hyang Wenang dan kata hati kita sendiri.
Memang, tidak semua orang bisa
mendengarkan kata hatinya sendiri. Lalu bagaimana agar kita bisa mendengar kata
hati kita?
Bapak Ali Shahab, dosen saya
pernah bilang, semakin seseorang banyak belajar, semakin ia berpengetahuan
luas, maka akan semakin sulit seseorang untuk membohongi hatinya.
Sedangkan dalam tulisan yang
berjudul Moralitas itu Berbahaya (yang sampai saya baca berkali-berkali),
dikatakan bahwa untuk tahu apa yang sebaiknya kita lakukan adalah dengan
kejernihan berpikir. Dari perspektif saya, tulisan tersebut menyimpulkan bahwa
kata hati dapat kita dengarkan hanya dengan kejernihan berpikir.
Sungguh, kita harus membaca
tulisan ini http://rumahfilsafat.com/2015/01/20/moralitas-itu-berbahaya/#more-3299
Ah, kembali tentang selfie.
Tadz, saya ingin berbagi foto
selfie. Tapi niat saya bukan untuk gaya-gayaan kok. Niat saya hanya ingin
sharing rambut barunya teman saya, @Ongreey . Insyaallah nggak dosa tadz,
karena kemarin waktu di Kebumen saya sudah ijin kalau hari Rabu saya ingin
upload foto-foto selama liburan. Dan yang jelas, saya yakin tadz, teman-teman
saya di Sastra Prancis akan senang melihat ending dari tulisan ini...
wehehehe...
0 komentar