Demokrasi dan yang Canggih-canggih

Sudah rampung jadi presiden kok masih ikut-ikutan #savebonbin mz?

Saya bukan kemarxist-marxist an, tetapi ini salah satu hak kewajiban saya sedari menjadi penghuni kampus intelektual.

Kondisi sosial di sekitar kita sudah tak mungkin didiamkan saja. Manusia-manusia yang belajar sudah saatnya langsung terlibat. Pertanyaannya terlibat untuk siapa? Untuk mereka yang sudah mapan tapi tak bosan-bosan menghitung uang, atau untuk mereka yang tertindas padahal susah cari makan?

Perjuangan paling susah memang perjuangan di lingkaran demokrasi. Yang gede emoh dikerasi.
Apalagi di tengah anak-anak yang canggih. Cangkemnya cuma inggah-inggih.

Kalau mencintai berarti meletakkan sesuatu pada hakikatnya, kata Cak Nun, bukannya sudah hakikat kita yang tiap hari hidup bersama mereka, untuk ikut terlibat mendampingi para Pak Bu Kromo tersebut?

Ya itu kalau kita mencintai. Mencintai kemanusiaan. Mencintai yang menindas dan yang tertindas. Yang menindas kita sadarkan dengan mengusir iblis-iblis di kanan kiri meja empuknya, yang tertindas kita dampingi untuk setidaknya tak merasakan kecemasan karena sepi dan belum punya senjata.

Itu batu-batu yang kerasnya bukan main itu, lama-lama akan hancur juga kalau setetes demi setetes air terus menjatuhinya.

Jangan diam saja.

#savebonbin

Share:

0 komentar