Keminter
Kita tahu bagaimana cara Tuhan menilai manusia.
Kita telah tahu bahwa semua manusia sama di depan Tuhan,
kecuali dari akhlaknya.
Kita telah tahu bahwa Tuhan menilai manusia hanyalah dari
akhlaknya.
Namun mengapa, saat ini manusia menilai manusia dengan cara
yang sangat berbeda dengannya?
Jika Tuhan menilai manusia dari akhlaknya, mengapa manusia
menilai manusia dari tahtanya, dari hartanya, atau dari pangkatnya?
Benarkah cara manusia menilai lebih baik dari Tuhan?
Jika benar, mengapa yang tumbuh kini adalah nafsu-nafsu
ganas yang ingin saling menyaingi, nafsu-nafsu liar yang ingin saling membunuh,
menikam dan mengalahkan.
Seolah musuh dari manusia adalah manusia-manusia lainnya.
Jika saja manusia nurut
dengan caranya Tuhan, bukankah musuh manusia hanyalah keserakahan pada
dirinya sendiri?
Oh Tuhan, mengapa kedamaian serasa begitu tersembunyi seolah
ia pusaka jarum emas yang dicari ayam-ayam jantan hingga kiamat tiba.
Apa karena kita terlalu sering keminter?
Sedangkan pertandamu sudahlah sangat banyak.
0 komentar