bagus panuntun

berubah!

Gunung Kidul est une région située au sud de Yogyakarta. Il y a 4 ans, quand j'ai entendu le mots "Gunung Kidul", j'aurais pensé sur l'endroit mal-aimé de Yogyakarta. L'endroit chaud avec un climat sec, pauvre, et difficile pour trouver de l'eau. Peut-être il l'est toujours, mais dorénavant on pensera Gunung Kidul comme la source de bonheur de Yogyakarta. C'est un endroit pleine de vie, les enfants qui parlent toujours la langue javanaise, les souris de vendeurs à les sites touristiques principales, et aussi la culture locale dans chaque village.

Aujourd'hui on connait Gunung Kidul surtout grâce à des plages. Les plages principales de Gunung Kidul sont Baron, Indrayanti, Kukup, ou Krakal. Mais dans cette note, je n'aurai pas parlé de ces plages. La plage laquelle je vais vous raconter est la plage Greweng. Je suis tombé sous le charme dans ma première visite. Voila pourquoi...

1. Un panorama vert pendant le trekking



Avant d'arriver au bord de la plage, il faut qu'on fasse d'abord le trekking passer le champ plein de maïs, la forêt, et puis la petite rivière. On a besoin plus de 45 minutes pour se balader. Mais c'est pas grave ! Ce serait pas fatigant car c'est du haut on peut voir la belle vue plein de couleur verte.

2. La plage cachée avec la sable blanche




Grâce à la plage Greweng n'est pas encore organisée en tant qu'endroit touristique par le gouvernement, il n'y a pas beaucoup de touristes qui y connaissent. Si vous aimez être seul au bord de la plage, c'est une bonne choix. Greweng est couverte par la sable blanc et propre. Bien sûr, on peut se baigner et aussi nager ici. Mais il faut être prudent parce que la vague à la mer sud est assez grande.

3. L'experience en camping sauvage





On ne trouverait pas l'hébergement, ni le restaurant ni le toilette autour de la plage. Si on y va, je vous conseille pour faire le camping. Ce n'est pas difficile pour trouver un endroit plat au-dessous de la sable. Donc, apporter la tente et passer une bonne nuit sous le milky way, c'est un must ! Le camping sauvage est bien toléré dès lors qu'on respecte l'environnement, pas de papier toilette abandonné, pas de déchets. Quelques logistiques laquelles on doit apporter sont l'eau mineral, le snack, et la nourriture comme Indomie. N'oubliez pas pour préparer bien votre équipement. La tente, le sac de couchage, la gazinière, la lampe de poche, plusieurs sacs poubelle sont indispensables. Ah, j'oublie une chose, le camera !

4. Regarder l'horizon depuis la colline de récif




Reveilllez-vous avant 5 heures du matin. C'est à l'est de la plage, il y a la colline de récif avec le meilleur points de vue. On doit seulement marcher environ 10 minutes et on y arriverait pour admirer le lever du soleil. Quelques heures plus tard, on peut regarder l'horizon de la mer du sud, c'est tout bleu devant vous !

------------------------------------------------------------------------

Comment y aller: Yogyakarta est une des plus connues villes en Indonésie, mais il ne nous donne pas la garantie que cette ville a une bonne transportation publique. La transportation publique de Jogja est si mauvaise et disorganisée. Donc, c'est mieux si vous louez le moto pour y aller. Vous avez besoins de 70.000 Rupiah par jour.

La route pour y aller n'est pas difficile, mais on doit passer 2,5 heures de la centre ville de Yogyakarta. Il faut passer la ville Yogyakarta, la ville Wonosari, et continuer jusqu'au village Jepitu, Kecamatan Girisubo, Gunung Kidul, précisement  à  la plage Wediombo qui est déjà célèbre. Après ca, on peut garer notre moto devant la maison de gens locaux et paie 3.000 rupiah par jour. La plage Greweng est située à côté est de la plage Wediombo.



Heboh selfie Deshorn Brown dengan Lionel Messi kemarin,saya rasa tak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan Insiden Neymar versus Bacca pasca pertandingan Kolombia versus Brazil pekan lalu. Laga yang berakhir 1-0 untuk timnas Kolombia ini menjadi laga yang begitu dikenang oleh masyarakat dunia bukan karena permainan menarik pada 90 menit pertandingan, tetapi justru gara-gara “permainan menarik” yang terjadi satu menit pasca wasit meniup peluit  akhir babak kedua. Anti mainstream kan?

Neymar lah yang memulai drama adu drama ini. Usai peluit panjang, Neymar yang kecewa berat karena timnya baru saja mengalami kekalahan, tiba-tiba menendang bola yang (kebetulan) ada di depannya. Sayangnya, saat itu masih banyak pemain Kolombia yang berada di tengah lapangan, alhasil bola yang mengalir cukup keras ini pun mengenai punggung dari Pablo Armero. Tindakan Neymar lantas menyulut emosi para pemain Kolombia. Pencetak gol satu-satunya di pertandingan ini,Jeison Murillo, mencoba menghampiri Neymar dan memperingatkan tindakannya,tetapi  justru mendapat tandukan manis dari Neymar. Seperti hukum aksi-reaksi, aksi Neymar kemudian dibalas oleh Carlos Bacca beberapa detik kemudian. Carlos Bacca yang datang sambil berlari langsung mendorong Neymar hingga Neymar hampir terjatuh.

Hukuman pun dilayangkan oleh wasit Enrique Oses. Seperti seorang Pak Guru yang mencatat setiap tindakan nakal murid-muridnya, dengan tenang dan tanpa ekspresi berlebihan, Pak Oses langsung mengambil kartu merah plus menuliskan dua nama “Neymar y Bacca” di bagian belakang kartunya tersebut. Voila ! Seperti inilah drama papan atas yang terjadi pekan lalu.
---------------------------------------------------------------------------------
Sayangnya, hukuman bagi Neymar belum selesai dengan kartu merah yang ia terima. Panitia acara sepakbola antar negara se-Amerika Selatan ini ternyata memberi hukuman larangan tampil selama 4 pertandingan untuk Neymar. Lucunya, Brazil sendiri hanya mempunyai 4 laga sisa, itupun jika Berhasil Brazil, eh, Brazil Berhasil sampai ke partai final.

Dengan hukuman ini, banyak yang menganggap bahwa Neymar adalah pemain paling sial sedunia pekan lalu. Akan tetapi, saya justru merasa Neymar adalah pemain beruntung sedunia. Mengapa?

Karena Neymar bermain di kompetisi Copa America. Coba kalau Neymar mainnya di kompetisi desa saya. Bukan hukuman 4 pertandingan yang ia terima, mungkin hukuman seumur hidup dari para supporter.

“Asu ! Ngopo kae Neymar??” dan semua suporterpun mengejar Neymar dengan senjata di tangannya masing-masing.
---------------------------------------------------------------------------------
“He has a very annoying attitude. Neymar is a great striker, but I hate that a player of his level has to fall to the ground every time you touch him,” Capello told Fox Sports Italy.

Hmm... sepertinya Neymar perlu berpuasa di bulan Ramadhan agar tak mudah menjatuhkan diri, agar tak mudah emosi. Pemain bola yang menyebalkan.

Bagus Panuntun

Fans Madrid Pengagum Messi
Ahad pagi, aku baru terbangun pada angka 7 kurang seperempat. Untuk kesekian kalinya, aku tak mendengar alarm yang kusetel sendiri pukul 05.00 agar aku bisa beribadah shalat subuh. Beberapa hari ini aku mulai rutin shalat setelah agak puas menjalani kehidupan yang arahnya makin tak jelas. Lagi-lagi manusia ingat pada Tuhannya ketika rasionalitas otaknya sudah buntu.

Tepat pukul tujuh aku membuka pintu kamar dan segera mencuci muka agar tubuh ini terasa lebih segar. Dengan masih memakai kaos yang kupakai saat tidur, aku meminta Andre untuk mengantarkanku ke kampus dengan sepeda motor.

Hari minggu ini cuaca terlihat cerah dan bersahabat, angin bertiup dengan tenang dan sederhana sembari membawa hawa agak dingin yang ramah. Pukul 7 lebih 10 menit aku sudah sampai di kampus Ilmu Budaya dan mata pun mulai mencari-cari sudah adakah anak LEM FIB yang tiba di kampus. Aku mulai mencari-cari di area bawah jembatan budaya, disana hanya ada beberapa bapak-bapak dan ibu-ibu yang sedang menunggu anaknya melaksanakan ujian UM UGM, sepertinya melihatku yang hanya memakai kaos lusuh dan celana pendek krem plus sandal jepit swallow membuat mereka cukup penasaran siapa aku ini sebenarnya. Sudahlah. Aku pun masuk ke Gedung B dan melihat koridor sepanjang gedung ini masih sepi dan sunyi, hingga kemudian aku masuk ke sekre baru LEM di B105, ternyata masih kosong tak ada orang satu pun. Dasar tradisi ngaret.

Aku duduk sendirian di B105, melihat sekeliling ruang yang masih dipenuhi mading-mading anak festival sastra, ah kapan mading ini dipindahkan, kemudian kulihat di bawah meja duduk, ternyata anak-anak Sosmas telah menyiapkan peralatan lengkap untuk pekerjaan hari ini. Sudah ada sapu ijuk dan sapu lidi yag jumlahnya sepertinya lebih dari lima, serok sudah siap, lap pel sudah ada namun tergeletak begitu saja di lantai, ada pula sekantong kresek berisi deterjen, sabun, kapur barus. Hari ini sepertinya kami sudah siap untuk kerja bakti di bonbin.

Beberapa menit kemudian Bertus sudah datang di kampus, lalu disusul Tohir. Koordinator menteri eksternal dan menteri sosial masyarakat LEM ini memang anggota LEM yang paling dapat diandalkan. Kami bertiga pun segera menuju bonbin bertemu Mas Heru, Mas Bodong dan kawan-kawan.

"Piye mas, mahasiswa wis siap? Iki lagi masak teh karo kopi sek yo", sapa Mas Heru begitu melihat kami.

"Wah, belum ada anaknya mas. Kumpul jam 8 e, masih setengah jam lagi. Kita mulai kerja jam 8 ya mas", jawabku dengan santai.

"Siap bos !" kata salah satu pedagang bonbin.

----------------------------------------------------------------------------------------------
Malam minggu sebelum hari kerja bakti di kantin bonbin ini, aku mengajak Bintang, Epik, dan Bertus untuk melakukan eksperimen kecil. Kami mencoba menyiram satu meja bonbin dengan soda api. Kata dosen saya, yaitu Pak Ali, kotoran dan daki yang menggumpal diatas meja bonbin ini akan rontok kalau disiram dengan soda api. Beliau menyarankanku untuk mencoba hal tersebut sekalian melihat bagaimana efeknya.

"Siram malamnya, lihat lagi waktu pagi", ujar Pak Ali.

Benar pula, Minggu pagi ini aku pun menengok satu meja bonbin yang sudah kusiram dengan soda api atas izin dari pedagang bonbin. Begitu sampai di meja yang sudah kami bawa ke area parkiran lama ini, kami kaget dan terkejut. Daki di meja bonbin sudah rontok sebagian, tetapi air yang menggenang di bawah meja itu ternyata berwarna hitam pikat, menimbulkan dugaan bagiku bahwa kotoran yang sudah melekat diatas meja bonbin ini sudah terlalu banyak, sudah menumpuk parah.

Ya Tuhan, sebeginikah realitasnya?



----------------------------------------------------------------------------------------------
Aku langsung berdiskusi sejenak dengan Bertus, kami berdua sepakat agar kerja bakti hari ini akan kita maksimalkan untuk membersihkan beberapa area. Kamar mandi bonbin yang sudah pengap dan tak berlampu, area tengah bonbin yang sepertinya perlu dipel, pipa diatas bonbin yang masih dipenuhi abu kelud karena memang belum pernah dibersihkan sejak sabda alam tersebut. Abu ini tidak terlihat, namun bukan tidak mungkin abunya sering tertiup angin dan jatuh di santapan-santapan lezat kita. Dan tentu saja kami sepakat untuk menggosok meja bonbin sampai endapan-endapan kopi, saos, kecap, teh, abu rokok, nasi, dan markisa yang telah menumpuk menjadi daki ini bisa hilang.

Untuk masalah membersihkan daki diatas meja, pedagang bonbin menyarankan agar kami memakai serabut kawat agar noda diatas meja dapat terangkat dan hilang. Tanpa berpikir lama, pedagang bonbin lah yang langsung nyetater motornya untuk pergi ke toko bangunan membeli benda tersebut. Berikutnya, untuk bagian dalam warung bonbin, Mas Heru meminta ini menjadi tanggung jawab masing-masing pedagang.

Aku cukup senang melihat teman-teman dari luar LEM berdatangan. Ada Mas Wibi dari Kapalasastra, Wening dari Terjal, Linggar yang mewakili KAMASUTRA (atau mungkin KMIB), Gusman sang ketua IMABA yang hadir sendirian, Irene dari Lincak, lalu menyusul Kiki dan Wada dari HMSP. Ternyata masih banyak HMJ BSO yang peduli terhadap kebersihan dan kesehatan di kampus ini dan mau bekerja bersama-sama meskipun tanpa dibayar.

Aku sendiri justru kecewa terhadap internal LEM sendiri. Dari sekitar 80 anggota LEM yang tertulis di data PSDM, sepertinya hanya sekitar 25 an anak yang bersedia meluangkan waktunya untuk hadir di pagi ini. Sebagian sudah ada janji, sebagian sibuk ingin belajar. Padahal pengumuman untuk kerja bakti ini sudah diumumkan sejak 2 minggu sebelumnya, plus satu minggu kebelakang adalah 7 hari Minggu tenang. Belum belajarkah?

Entahlah. Semakin tua rasanya aku semakin terbiasa bertemu orang-orang baru, semakin terbiasa melihat pemikir-pemikir cerdas, semakin terbiasa bersapa dengan aktivis dan segala idealismenya. Hanya dua hal yang rasanya belum biasa aku temui, ketulusan dan rasa tanggung jawab.

Menjadi oportunis mungkin adalah pilihan paling realistis di masa kini. Meski entah adakah kebermanfaatan dari tindakannya kecuali bagi dirinya sendiri.

----------------------------------------------------------------------------------------------

Jam 8 lebih seperempat kami briefing seperti yang sudah direncanakan sebelumnya. Bertus memimpin briefing dan membagi tugas. Sebelum mulai menyapu area depan bonbin, tiba-tiba Mas Bodong mengajak kami untuk selfie.

"Ayo-ayo selfie dulu biar semangat !" ajaknya disambut gelak tawa kami.


3 jam berikutnya, kami bekerja dengan dipenuhi gelak tawa dan canda. Kami sempat saling menunjuk siapa yang mau menguras bak kamar mandi, namun akhirnya kami bekerja bersama. Tohir menertawakan wastafel yang fungsinya justru sudah menjadi bak sampah, tentu sembari membersihkannya. Mas Wibi dan Amin sebagai dua pria dengan tubuh yang relatif ringan bersedia memanjat ke langit-langit bonbin yang mungkin tidak terlalu kokoh untuk berat 70 kilogram keatas, mereka membersihkan pipa air yang tersumbat debu kelud. Selanjutnya Mas Wibi dan Amin dibantu oleh Khusnul untuk membersihkan debu, tanah, dan ranting-ranting pohon yang ada di atap bonbin.

Guyonan paling kerap muncul tatkala kami mencuci meja bonbin. Kali ini semua dibuat speechless dengan tebalnya daki berwarna hitam yang sudah lama menggumpal ini sebelum akhirnya kami justru tertawa bersama. Meskipun kami bermain dengan benda-benda kotor, namun kebersamaan membuat kami tidak merasa jijik sedikitpun. 1 meja bisa dibersihkan oleh 5 orang. Masing-masing menggosok dengan berbagai gaya. Ada yang tangannya menggosok secara maju mundur, ada yang dengan gerakan melingkar, ada yang dengan tenaga penuh hingga otot di lengannya terlihat, namun ada pula yang terlampau santai.

Semua tertawa ketika salah satu dari kami berkelakar,

"Anak sastra ! Meja Bonbin aja kami mandiin, gimana kalo jodohnya?".



----------------------------------------------------------------------------------------------

Satu persatu meja bonbin telah selesai kami cuci, lalu meja tersebut kami jemur. Sejenak terlintas ide iseng di otakku, aku harus mengambil foto before after.


before
after
 ----------------------------------------------------------------------------------------------
Selesai sudah kerja bakti hari ini. Tentu aku mewakili LEM FIB mengucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya terhadap semua teman-teman yang mau meluangkan waktunya demi kebermanfaatan bersama. Rasanya meskipun hari ini tidak terkumpul begitu banyak massa, aku dapat melihat orang-orang yang mau bekerja dengan ketulusan. Orang-orang yang lebih memilih untuk menjadi bagian dari solusi, bukan bagian dari permasalahan, apalagi pencaci.

Apa semua senang dengan program kerja bakti ini? Ternyata tidak juga. Beberapa berpikir bahwa program semacam ini hanya menjadi ajang pencitraan. Ya, semenjak media membombardir negeri ini dengan wacana pencitraan, rasanya bangsa ini semakin sulit untuk menjaga kepercayaan satu sama lain dan mau untuk bekerja bersama.

Namun, tak usahlah peduli dengan segala cacian. Rasanya, ikut bekerja jauh lebih masuk akal untuk menanggapi air hitam pekat yang menggenang di bawah meja ini. Dibanding sekedar memuaskan diri dengan asumsi-asumsi.

----------------------------------------------------------------------------------------------
Beberapa hari sebelum kerja bakti ini dilakukan, sebenarnya aku sudah bertemu dengan mereka yang memiliki power untuk segera mengubah keadaan. Pemimpin-pemimpin yang harusnya segera bertindak melihat ada bagian dari rumahnya yang jauh dari "baik-baik saja". Namun dengan berbagai tapi, tapi, dan tapi, sepertinya urusan administrasi menyuruh kami agar jangan terlalu banyak berharap.

Sebenarnya untuk apa seorang dipilih untuk memimpin? Untuk menyejahterakan dan membahagiakan rakyat dengan powernya, atau untuk menjalankan administrasi-administrasi sesuai undang-undang, traktat, atau kitab berpasal?

Kalau sudah begini, okelah, biar kami yang di bawah ini yang berbuat. Kami juga bisa sih dan malah tidak repot juga.

Tapi, mosok begini terus?
Puasa ya sudah tinggal puasa saja. Kalau bisa, bersyukurlah karena kamu bisa berpuasa. Orang berpuasa harus yakin dong bahwa mereka yang menahan lapar jauh lebih beruntung, jauh lebih mulia, jauh lebih baik dibanding mereka yang siang-siang dapat menyeruput es degan.

Kalau melihat orang sedang nyeruput degan lalu kita marah, merasa tidak dihormati, merasa dirugikan, berarti kita berpikir bahwa puasa kita ini merugikan diri kita dong? 

Hlah? Padahal kalau memang beriman, bukankah semua bentuk ibadah didesain olehnya untuk menempatkan kita pada posisi yang lebih menguntungkan dibanding mereka yang tidak beribadah?

Lho, kamu kan sedang puasa. Sedang menjalani masa-masa yang menempatkanmu pada posisi yang lebih beruntung dibanding mereka yang tidak puasa. Kok kamu protes minta dihormati sama mereka yang nggak seberuntung kamu? Kok kamu maksa mereka nggak boleh ini nggak boleh itu?

Konflik selalu diawali oleh mereka yang tidak memiliki keikhlasan atas perbuatan baiknya.

Daripada beribadah tetapi menempatkan diri sendiri sebagai korban, mending minum es degan.



Berawal dari kerinduan Tom dan Fai pada masa SMA, dan kemudian mengajak Lucas untuk bergabung dalam projek band baru mereka, kamipun sepakat untuk membentuk sebuah band baru dengan genre yang belum ada di FIB, namun sebenarnya mainstream di tingkat SMA, yaitu Pop Punk ! Kemudian karena kesulitan mencari seorang vokalis dengan warna suara punk, kamipun mencari alternatif mencari vokalis yang warna suaranya sangat pop sekalian, akhirnya Justin, mahasiswa sastra Indonesia senior jurusan Sastra Budaya, bersedia menjadi vokalis sekaligus bassist dalam band telat nakal ini.

Pada bulan Mei 2015, terbentuklah JSE Yuwono yang terdiri dari Justin (vocal dan bassist), Fai (Guitarist), Lucas (Guitarist), dan juga Tom Yam (Drummer). Nama JSE Yuwono kami ambil dari nama dosen idola kami semua, seorang dosen dari jurusan arkeologi yang sangat bersahabat dengan mahasiswa juga mahasiswi. Hanya beliau dosen yang mau ngopi di bonbin bersama mahasiswa seperti kami, hanya beliau yang sering ikut lembur saat beres-beres event mahasiswa, namun disatu sisi dibalik keseloannya tersebut, beliau tetap sering mengisi seminar-seminar di luar negeri berkat riset-risetnya. Maka dengan inspirasi yang selo, bersahabat namun produktif, kami pun mengambil nama beliau sebagai nama band kami.

Akan tetapi, karena vulgar bukanlah ciri khas dari dunia sastrawi, dalam suatu kongress, kami pun sepakat untuk mengganti nama JSE Yuwono dengan JSE 1963. Dengan tujuan agar saat manggung kami ditanya, JSE itu apa sih?

Saat ini kami sudah menciptakan beberapa lagu pop punk dengan lirik-lirik cinta atau sekalian lirik penuh kritik sosial dengan motto "Lirik Jangan Formalitas Saja". Sayangnya, kami baru sekali saja manggung, yaitu di Fakultas Hukum UGM, itupun membawakan lagu cover semua, yaitu lagunya PWG, Cherrybelle, dan Payung Teduh. Makanya, undang kami dong ah..

CP Manager: 085779215583 (Bertus)

 Link Youtube: https://www.youtube.com/watch?v=gQLBYZaRRh4


Tatkala mata belum tahu apa di timur telah terbit sang penerang hari, suaramu telah begitu terngiang. Mungkin karena sejak aku belum terlelap, hingga kala aku bergurau di dunia mimpi, dan kini saat aku mulai terbangun, kamulah yang slalu hadir dalam tentang.
Menjadi kupu yang sehat, terbawa angin berkilau
Sekarang ku pergi, untuk bertemu dikau...

2 bait lirik diatas bukanlah puisi yang kubuat di suatu malam bersama secangkir kopi yang airnya tinggal tiga centi diatas ampasnya. Bukan. Lirik itu adalah lirik dari sebuah lagu yang kudengar di akhir era 90an, tepatnya tahun 1999 ketika aku masih bawah lima tahun. Setelah aku coba bertanya pada beberapa kawan seumuran, sepertinya lahiran tahun 95 sudah tidak tahu lagi lagu "Adventure" ini. Aku sendiri tidak tahu siapa artis yang menyanyikan lagu ini, pun tidak bisa menyanyikan lagu ini dalam versi aslinya. Tapi aku masih ingat bahwa lagu ini menjadi soundtrack pembuka dari kartun Digimon Adventure yang dulu disiarkan di Indosiar sekitar pukul 8 pagi di hari Minggu.

Rasanya beruntung di usiaku yang sudah 20 ini, aku masih hafal lirik lagu-lagu di kartun Digimon, Let's and Go, Doraemon, Captain Tsubasa, Ciborg Kurochan, Conan, Dragon Ball, Kabutaku, Crayon Sinchan, Yugi-Oh, dan banyak lagi lagu terjemahan lainnya. Lagu-lagu ini bagiku adalah lagu abadi. Setiap bait lirik-liriknya yang hanya kudengar dalam versi bahasa Indonesia, selalu membawa jiwaku kembali ke masa yang seolah tak ada goresan kesedihannya sedikitpun, masa kecil generasi 90'an. Setiap kali saya duduk di bonbin, tak ada topik serius masalah ideologi, konspirasi, atau politik yang pantas diperbincangkan, sering tiba-tiba topik pembicaraan kembali ke memori masa kecil, dimana kala itu Indosiar adalah TV favorit kami. Marathon kartun Indosiar dari jam 5 pagi sampai jam 11 siang (kalau tidak salah) bagaimanapun adalah masa-masa yang paling kami rindukan. Selesai menonton seluruh rangkaian marathon kartun, esoknya kami akan bercerita dengan kawan sekelas tentang kehebatan tokoh utama yang mampu meluluhlantakkan seekor monster raksasa.

Jika mengingat masa tersebut adalah hal menyenangkan, mungkin di satu sisi menengok kembali ke masa itu adalah hal menyedihkan. Ketika aku harus kembali ke kampung halaman, aku lebih sering mendengar ponakan-ponakan menyanyikan lagu-lagu Ayu Tingting atau Sazkia Gotik. Mungkin mereka bahagia ketika menyanyikan lagu tersebut dengan segala keluguannya, terlebih paman dan bibiku justru sering memberi tepuk tangan meriah melihat anaknya hafal satu lagu full "Oplosan".

Di usia 20 kelak, akankah mereka bangga dan bahagia, bercerita tentang lagu-lagu yang menemani masa kecil mereka? Entahlah...

Akan tetapi, minggu lalu ketika aku pulang kampung lagi, aku dikejutkan dengan ponakan-ponakan yang bermain drama dengan cerita kartun favoritku,"Naruto". Satu anak menjadi Madara, sedangkan yang lain berperan menjadi Gaara, Naruto, Sasuke, dan tentu yang cewek berebut untuk menjadi Sakura.

Ternyata 2 jam marathon episode terbaru Naruto Shippuden di Global TV telah memberi momentum bagi anak kecil era ini untuk berceloteh tentang kisah petualangan yang sama. Mereka akhirnya mendapat satu sosok inspirasi yang khas Jepang, bahwa sehebat-hebatnya orang, ia tak akan berarti tanpa dukungan dari teman. Teman adalah segalanya. Bahkan dalam kartun Tsubasa, bola yang adalah segalanya pun kemudian dijadikan sebagai teman. Bola adalah teman.

Terbukti, generasi 90an mudah diakrabkan dengan topik pembicaraan yang sama, yaitu kartun. Aku juga sedikit berharap bahwa ponakan-ponakanku yang kini masih SD, kelak akan menemukan teman-teman akrab baru yang keakrabannya diawali dengan obrolan nostalgia tentang kartun masa kecilnya.

Sayangnya masih ada satu yang kurang, lirik lagu kartun sekarang bukanlah lirik lagu terjemahan zaman dahulu. Padahal banyak dari kami yang sudah lupa cerita kartunnya, namun masih ingat lagu kartunnya. Mungkin aku boleh memberi saran pada Pak Hari Tanoe? Pak... Dubbinglah lirik lagu Naruto dengan bahasa Indonesia pak. Anak-anak pasti akan suka.

Haa? Hari Tanoe? Tidak disangka, ia yang menyelamatkan masa kecil anak-anak era kini adalah Hari Tanoe. Seperti kata Pram, seseorang hendaknya mesti adil sejak dalam pikiran maupun perbuatan. Maka, disamping sepak terjangnya menjadi cawapres Gerindra, memenangkan lagu istrinya di IMA 2015, mendirikan Perindo atau sukses membuat sang Jendral Wiranto berperan menjadi tukang becak, menyiarkan Naruto di televisinya adalah prestasi beliau yang patut kita acungi jempol. Terima kasih banyak Pak HT.

Saranku hanya ada dua, yang pertama, dalam berkampanye bapak tak perlu berpura-pura menjadi Naruto lalu blusukan ke kampung-kampung. Yang kedua, bapak juga tak perlu ikut lomba cosplay.


Selamat untuk Barcelona atas treble yang diraih berkat konsistensinya terutama setelah pergantian tahun. Menyakitkan sebenarnya, karena sampai akhir tahun 2014 saya masih berharap Madrid lah yang meraih treble, apalagi melihat rekor kemenangan 22x beruntun yang dibukukan oleh tim asuhan Ancelloti ini. Belum lagi semakin dewasanya Ramos dan berkembangnya permainan dari Varane, plus penampilan apik nan mengejutkan dari 2 pemain baru, Kroos dan James. 

Sayangnya, 2015 menjadi perjalanan yang kurang menyenangkan bagi Madrid. Badai cedera yang memaksa pemain untuk jadi pasien di ruang-ruang perawatan membuat Madrid seperti kapal kehabisan bensin, kehabisan awak andalan, bahkan hilang arah. Seingat saya, pemain-pemain yang cedera tersebut adalah pemain-pemain kunci yang perannya sangat sentral. Mulai dari Modric, Pepe, Kroos, James, Benzema, dan Gareth Bale. Kenthir tenan...

Ujungnya, Madrid harus kehilangan banyak point dan bahkan kehilangan permainan cepat di tengah lapangan seperti saat membantai Barcelona 3-1 di paruh pertama la liga. Akhirnya, Don Carlo dipecat, dan masuklah Rafael Benitez. Mengetahui hal ini, hampir semua fans kecewa, karena Ancelloti bagi kami sudah layaknya sosok seorang ayah yang membanggakan, yang ibaratnya jika ia menjemput kami di sekolah, maka dengan percaya diri, kami anak-anaknya akan memperkenalkan diri sosok tersebut pada teman-teman kita. Namun, ya sekali lagi, Fiorentino Perez menunjukkan kekuasannya (bajingan sekali kalau ini, heheu).

Lantas, bagaimana harapan kita pada Benitez? Beberapa hari ini saya justru dibuat penasaran dan haus akan pemberitaannya. Dimulai dengan rencananya menjadikan trio BBC sekedar cerita lama mitologi, yaitu menendang Benzema, dan menjadikan Ronaldo sebagai striker tunggal, lalu memilih Casemiro dan Danilo ketimbang memasang Isco dan Carvajal, sampai minatnya untuk memboyong Veratti, De Gea, Sterling, Aguero, atau Reus. Bagaimana kisah selanjutnya? Menarik untuk ditunggu.

Hmm.. Tapi...Ketertarikan saya hari ini mungkin (lebih) sebagai penikmat infotainment bola, daripada sebagai apa lah..

Menghibur diri saja lah, Benitez pernah merasakan gelar liga Champion juga lho tahun 2005. Semoga tahun depan bisa dapet lagi.

Selamat nggih Barcelona...
Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda

Arsip Blog

  • ►  2019 (17)
    • ►  Desember (5)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (2)
    • ►  Mei (1)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Februari (4)
    • ►  Januari (3)
  • ►  2018 (26)
    • ►  Desember (1)
    • ►  November (3)
    • ►  Oktober (2)
    • ►  Agustus (3)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Mei (3)
    • ►  April (7)
    • ►  Maret (2)
    • ►  Januari (4)
  • ►  2017 (20)
    • ►  Desember (2)
    • ►  November (3)
    • ►  Oktober (3)
    • ►  Agustus (2)
    • ►  Juli (6)
    • ►  April (2)
    • ►  Maret (2)
  • ►  2016 (36)
    • ►  November (4)
    • ►  September (4)
    • ►  Agustus (11)
    • ►  Mei (4)
    • ►  April (2)
    • ►  Maret (4)
    • ►  Februari (2)
    • ►  Januari (5)
  • ▼  2015 (42)
    • ►  Desember (3)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  September (8)
    • ►  Agustus (2)
    • ►  Juli (3)
    • ▼  Juni (8)
      • La Plage Greweng, La Plage Chachée à Gunung Kidul
      • Dengan Senjata di Tangannya Masing-masing
      • Les Cendres de Bonbin
      • Es Degan
      • JSE 1963, Pop Punk Kuliahan
      • Tatkala mata belum tahu apa di timur telah terbit ...
      • Tak Perlu Ikut Lomba Cosplay
      • Selamat ya Barcelona, Saya Ngeles Dulu Ah
    • ►  Mei (3)
    • ►  April (2)
    • ►  Maret (2)
    • ►  Februari (3)
    • ►  Januari (7)
  • ►  2014 (68)
    • ►  Desember (4)
    • ►  November (4)
    • ►  Oktober (4)
    • ►  September (3)
    • ►  Agustus (10)
    • ►  Juli (7)
    • ►  Juni (3)
    • ►  Mei (10)
    • ►  April (7)
    • ►  Maret (9)
    • ►  Februari (4)
    • ►  Januari (3)
  • ►  2013 (50)
    • ►  Desember (9)
    • ►  November (13)
    • ►  Oktober (15)
    • ►  September (7)
    • ►  Juli (2)
    • ►  Februari (2)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2012 (11)
    • ►  Desember (2)
    • ►  November (3)
    • ►  Oktober (3)
    • ►  September (3)

Copyright © 2016 bagus panuntun. Created by OddThemes & Free Wordpress Themes 2018